REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel telah berusaha meyakinkan masyarakat bahwa dapat mencapai dua tujuan perangnya terhadap Hamas secara bersamaan menyelamatkan sekitar 230 sandera yang diculik. Janji tersebut dipandang omong kosong bagi keluarga para sandera.
Hingga saat ini, Pemerintah Israel belum menjelaskan seperti apa misi penyelamatan tersebut. Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Sabtu (28/10/2023) malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui penderitaan keluarga sandera. Dia berjanji pembebasan mereka merupakan bagian integral dari upaya perang Israel, setara dengan tujuannya menghancurkan Hamas.
Tujuan Israel memusnahkan Hamas dengan operasi darat justru penuh dengan risiko melukai sandera Israel. Kondisi ini dilihat dari laporan Sayap militer Hamas Brigade al-Qassam yang menyatakan hampir 50 sandera telah meninggal akibat serangan bom Israel dalam tiga minggu sejak perang dimulai.
Menyelamatkan sandera yang terjebak di Gaza tampaknya memerlukan keterlibatan dengan Hamas dibanding melakukan serangan tanpa henti. Para pemimpin politik Hamas sedang bernegosiasi dengan mediator Mesir dan Qatar untuk menjamin kebebasan setidaknya beberapa warga sipil Israel yang terjebak. Empat sandera telah dibebaskan sejauh ini oleh Hamas.
Kecemasan atas sandera mencapai puncaknya pada Sabtu, ketika Israel mengintensifkan kampanye udaranya dan mengirim pasukan ke Gaza dengan senjata berat. Massa melakukan protes di luar Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv, menuntut Netanyahu dan pejabat lainnya mengatasi nasib orang yang dicintai.
Demonstrasi ini berhasil. Netanyahu bertemu dengan keluarga-keluarga tersebut dan berjanji untuk menggunakan segala kemungkinan untuk membawa mereka pulang.
Hundreds of Israeli demonstrators gathered in front of Netanyahu's house in Caesarea on Saturday, demanding him to resign and for an immediate prisoners’ swap for Israeli hostages in Gaza pic.twitter.com/Bosg9FiI56
— Middle East Eye (@MiddleEastEye) October 29, 2023
Menteri Pertahanan Yoav Gallant berjanji akan menemui para keluarga sandera pada Ahad. Acara tersebut akan menjadi pertemuan resmi pertama dengan mereka.
“Kami ingin mereka semua kembali bersama kami hari ini. Kami ingin Anda, Kabinet, pemerintah, membayangkan bahwa mereka adalah anak-anak Anda," kata pengunjuk rasa Malki Shem-Tov, yang putranya, Omer, berusia 21 tahun, ditawan di Gaza.
Penderitaan para sandera telah menarik perhatian negara tersebut selama tiga minggu terakhir. Media Israel dipenuhi dengan cerita tentang para sandera dan wawancara dengan keluarganya.
Namun semua pilihan yang diambil militer mengandung risiko yang sangat besar. Invasi militer meningkatkan kemungkinan terjadinya peperangan sengit di kota-kota padat penduduk dan terowongan bawah tanah yang dapat menyedot tentara ke dalam jalur selama berbulan-bulan.
Para sandera diyakini bersembunyikan di jaringan terowongan Hamas yang luas. Pertempuran sengit meningkatkan prospek kekacauan yang tidak tanggung-tanggung bagi sandera.
Ketika militer Israel menyerang Gaza melalui udara, darat, dan laut dengan keganasan yang belum pernah terjadi sebelumnya, keluarga para sandera merasa gelisah. Mereka sangat menyadari bahaya yang dihadapi orang-orang yang mereka cintai.
“Itu adalah malam yang panjang dan tanpa tidur,” kata juru bicara keluarga sandera Liat Bell Sommer.
Para keluarga menderita ketidakpastian mutlak mengenai nasib para sandera yang ditahan di Gaza. "Mereka menjadi sasaran pemboman besar-besaran," ujar Sommer.
Strategi terbaik untuk menyelamatkan sandera adalah diplomasi...