REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ribuan warga Gaza mengambil bahan pangan di gudang PBB pada Ahad (29/10/2023). Mereka mengambil tepung dan barang-barang penting lainnya sebagai tanda bahwa mereka telah mencapai "titik kritis", kata badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA).
Salah satu gudang, yang terletak di Deir al-Balah di Gaza tengah, adalah tempat UNRWA menyimpan pasokan yang dikirim oleh konvoi kemanusiaan yang menyeberang ke Gaza dari Mesir. Rekaman dari Khan Younis di Gaza selatan menunjukkan para pria dengan panik membawa kotak-kotak dan tas-tas besar keluar dari gudang, mengangkatnya ke pundak mereka atau memasukkannya ke dalam sepeda.
"Ini adalah tanda yang mengkhawatirkan bahwa tatanan sipil mulai rusak setelah tiga minggu perang dan pengepungan ketat di Gaza," kata Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) dalam sebuah pernyataan.
Watch: Thousands of panicked #Palestinians break into UN warehouses and distribution centres for food supplies in #Gaza’s Khan Younis. Essentials such as food, water and medicines are at critically low levels in Gaza since #Israel’s offensive. pic.twitter.com/pAl80MDbO3
— Al Arabiya English (@AlArabiya_Eng) October 30, 2023
Berbicara kepada Reuters dari Amman, Yordania, Direktur Komunikasi UNRWA, Juliette Touma, mengatakan, pemandangan di gudang-gudang dan pusat-pusat distribusi menunjukkan keputusasaan masyarakat.
"Ini merupakan indikasi bahwa orang-orang di Gaza telah mencapai titik puncak. Tingkat frustrasi dan keputusasaan benar-benar sangat tinggi dan orang-orang mencapai titik terendah dalam hal kesabaran, kemampuan mereka untuk menerima lebih banyak lagi."
Pasokan bantuan ke Gaza telah tersendat sejak Israel mulai membombardir daerah kantong Palestina yang padat penduduknya itu sebagai tanggapan atas serangan mematikan yang dilakukan oleh kelompok militan yang berkuasa, Hamas, pada 7 Oktober.
Touma mengatakan UNRWA terpaksa mengurangi skala operasi kemanusiaannya di daerah kantong yang padat penduduknya itu karena tidak dapat mendistribusikan bahan bakar ke beberapa fasilitas medis. Ia mengatakan UNRWA belum menerima pasokan tambahan pada hari Ahad.
"Pasokan tersebut sangat, sangat sedikit dan tidak sesuai dengan kebutuhan yang sangat besar di lapangan," katanya. "Kami meminta aliran pasokan kemanusiaan yang standar dan teratur, termasuk bahan bakar, dan peningkatan jumlah truk dalam konvoi-konvoi ini."
UNRWA mengatakan bahwa kemampuannya untuk membantu orang-orang di Gaza telah benar-benar terganggu oleh serangan udara yang telah menewaskan puluhan stafnya dan membatasi pergerakan pasokan. "59 rekan kerja di UNRWA terbunuh selama perang," kata Touma.
"Ini hanya jumlah yang dapat diverifikasi dan dikonfirmasi oleh UNRWA. Sayangnya, jumlah rekan kerja yang terbunuh bisa jadi lebih banyak. Kami juga mendapat laporan tentang orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan."
Bahkan sebelum konflik, organisasi ini telah mengatakan bahwa operasinya terancam karena kurangnya dana. Didirikan pada tahun 1949 setelah perang Arab-Israel pertama, UNRWA menyediakan layanan publik termasuk sekolah, perawatan kesehatan dan bantuan kemanusiaan di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Suriah, dan Lebanon.