Senin 30 Oct 2023 17:30 WIB

Krisis Iklim Mengubah Siklus Pohon, Apa Dampaknya?

Cuaca yang tidak menentu membuat pohon berhenti membuat klorofil.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Nora Azizah
Perubahan iklim membuat warna daun berubah, hingga pohon berhenti memroduksi klorofil.
Foto: Adaro
Perubahan iklim membuat warna daun berubah, hingga pohon berhenti memroduksi klorofil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Amerika Serikat (AS) sejak duduk di bangku sekolah dasar sudah mempelajari siklus musim. Namun, ketika suhu dunia mencapai rekor tertinggi akibat polusi udara yang memerangkap panas, siklus tersebut terganggu.

Sebuah studi pada tahun 2021 menemukan bahwa daun maple merah saat ini berubah menjadi warna ikonik musim gugur sebulan lebih lambat dibandingkan 140 tahun lalu. Ternyata hal ini dapat berdampak dramatis pada kesehatan hutan.

Baca Juga

 

Apa yang terjadi?

Perubahan yang kita lihat pada daun di musim gugur disebabkan oleh proses kimia di dalam pepohonan. Seperti yang dijelaskan National Geographic, warna hijau berasal dari klorofil yang menangkap sinar matahari.

Saat cuaca semakin dingin, pepohonan berhenti membuat klorofil dan menyerap kembali nutrisi di daun, sehingga memunculkan warna kuning dan oranye di balik hijau. Beberapa spesies, seperti maple merah, juga menghasilkan bahan kimia berwarna merah yang membantu menyerap nutrisi.

Saat cuaca semakin panas dan perubahan ini terjadi, musim gugur pepohonan menjadi lebih pendek. “Kerusakan bisa terjadi jika Anda tiba-tiba membeku. Pohon-pohon tersebut mungkin tidak dapat menyesuaikan diri dan daun-daunnya mungkin rontok sebelum semua nutrisinya dapat diambil,” kata ahli biologi di Appalachian State University, Howard Neufeld, dilansir TheCoolDown, Senin (30/10/2023).

 

Mengapa perubahan linimasa pada musim gugur penting?

Bagi pohon yang berganti daun (tidak selalu hijau), kehilangan daunnya dan tidak aktif selama musim dingin bagaikan tidur di malam hari bagi manusia. Ini adalah masa istirahat yang diperlukan agar pohon dapat mulai tumbuh kembali dan tumbuh dengan cepat di musim semi.

Dalam studi tahun 2021, peneliti Rebecca Forkner dan Alexis Garretson menemukan bahwa pohon-pohon modern yang kehilangan daunnya lebih lama dibandingkan pohon-pohon di masa lalu. Ini menunjukkan lebih banyak tanda-tanda stres dan penyakit.

Hasil jangka panjangnya bisa menjadi bencana. Forkner mengatakan hal ini akan memiliki konsekuensi terhadap umur setiap pohon. “Beberapa pohon tidak akan menghasilkan panen buah-buahan jika tidak melalui siklus ini dengan benar,” kata Forkner.

Sementara itu, menurut National Geographic, masih belum jelas apakah pohon-pohon yang mengalami tekanan seperti ini mampu menghilangkan karbon yang memerangkap panas dari atmosfer dalam jumlah yang sama.

 

Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan musim?

Mendinginkan bumi dengan mengurangi polusi yang memerangkap panas adalah cara nomor satu untuk memulihkan iklim yang lebih alami. Hal ini memerlukan kerja sama untuk membuat perubahan kebijakan ramah lingkungan sekaligus mendukung mereka dengan pilihan individu seperti beralih ke mobil dan peralatan listrik daripada menggunakan bahan bakar gas.

“Jika lebih banyak orang keluar rumah dan melihat alam serta menghargai kerapuhannya, mereka mungkin akan lebih kondusif untuk melakukan sesuatu demi melindungi alam,” ujar Neufeld.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement