REPUBLIKA.CO.ID, BINT JBEIL -- Kepemimpinan Hizbullah telah memutuskan untuk mengubah taktik militer terkait dengan penembakan rudal anti-tank dari Lebanon ke pos-pos militer Israel. Langkah itu diambil agar roket-roket yang diluncurkan dari Lebanon selatan mendarat lebih dalam di dalam wilayah Israel.
"Tidak lagi terbatas pada jarak dua atau tiga kilometer di dekat perbatasan. Israel juga telah menargetkan daerah-daerah yang lebih dalam di Lebanon. Kami juga menyaksikan sebuah serangan yang menargetkan sebuah permukiman Israel," dalam sebuah pernyataan Hizbullah, Senin (30/11/2023).
Hizbullah juga telah mengerahkan senjata baru, rudal darat-ke-udara, yang berhasil menyasar pesawat tak berawak Israel, menurut keterangan kelompok itu. Mereka menambahkan pesawat tak berawak tersebut ditembak di dekat Khiam, sekitar 5 km dari perbatasan dan terlihat jatuh ke wilayah Israel.
Dua sumber keamanan mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa ini adalah pertama kalinya Hizbullah mengumumkan menjatuhkan pesawat tak berawak Israel.
Sementara itu, Brigade al-Quds mengatakan dua pejuangnya tewas di Israel utara. Brigade al-Quds, yang merupakan sayap bersenjata kelompok Jihad Islam, mengumumkan dua pejuangnya tewas dalam bentrokan dengan pasukan Israel di dekat perbatasan Lebanon. Brigade ini menambahkan, mereka terbunuh ketika melakukan operasi di Hanita di Israel utara pada hari Ahad malam.
Sementara, sayap bersenjata Hamas mengatakan mereka menyerang target-target di kota Netivot di Israel selatan. Sebuah pernyataan di sebuah aplikasi Telegram milik kelompok tersebut mengatakan bahwa rentetan roket diluncurkan ke kota tersebut, walau tidak ada informasi tambahan mengenai kerusakan atau korban jiwa.