Senin 30 Oct 2023 20:59 WIB

Tips Jadi Konten Kreator: Passion, Pengalaman, dan Profitable

Untuk mendapatkan konten yang ideal harus memiliki irisan ketiganya.

Para pembuat konten diminta untuk tidak 'palu gada' sehingga tidak memiliki spesialisasi.
Foto: www.freepik.com.
Para pembuat konten diminta untuk tidak 'palu gada' sehingga tidak memiliki spesialisasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi komunikasi dan pembimbing profesional bersertifikat Dea Rizkita membagikan tips kepada para konten kreator, yakni memastikan terdapat irisan antara passion (semangat), pengalaman, dan profitable atau mendatangkan keuntungan dalam konten yang dibuat. “Konten yang ideal harus ada irisan di antara ketiganya,” kata Dea saat acara 'Raih Peluang Kreatif di Era Digital' di Jakarta, Senin (30/10/2023).

Passion, pengalaman, dan profitable atau 3P menjadi konsep yang dipegang teguh oleh Dea ketika membuat konten. Dia menjelaskan bahwa passion berarti para kreator memiliki minat untuk membuat konten tersebut. Apabila seorang kreator tidak memiliki minat terhadap konten yang mereka buat, maka proses pembuatan konten tersebut akan menjadi beban.

Baca Juga

“Kalau nggak punya minat, pas pulang kerja masih harus membuat konten, itu rasanya capek,” kata Puteri Indonesia Perdamaian 2017 itu.

Lebih lanjut, terkait dengan pengalaman, Dea menjelaskan bahwa sebetulnya pengalaman tersebut akan diperoleh para kreator seiring dengan berjalannya waktu. Tetapi, hal tersebut bukan berarti seorang kreator dapat datang dengan tangan kosong. Paling tidak, kata Dea, seorang konten kreator harus memiliki bekal tentang topik apa yang ingin dia sampaikan melalui karyanya.

P yang terakhir adalah profitable. Dea tidak memungkiri, walau banyak yang beranggapan bahwa mereka membuat konten untuk bersenang-senang, profit atau keuntungan dapat menjadi motor bagi para kreator untuk terus bergerak.

“Penyemangatnya, cuan-nya,” kata Dea.

Oleh karena itu, bagi Dea, irisan di antara 3P inilah yang nantinya akan membuat suatu konten menjadi konten yang ideal. Dea juga menyarankan agar para pembuat konten tidak menjadi 'palu gada' atau 'apa lu mau, gue ada', alias membuat konten apapun, tidak memiliki spesialisasi. Hal tersebut, kata Dea, mengakibatkan konten-konten yang diproduksi tidak memiliki kejelasan target audiens.

“Harus jelas siapa yang mau kita bantu, penikmat konten kita siapa, jangan jadi 'palu gada',” ujar Dea.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement