REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana kemanusiaan yang dialami oleh Palestina atas agresi Israel terus berlangsung. Masyarakat internasional, termasuk Indonesia, diimbau senantiasa menyuarakan dukungannya terhadap Palestina.
Sekretaris Fraksi PKS DPR RI Ledia Hanifa Amalia mengatakan, Israel kerap melakukan pembiaran terhadap suara-suara masyarakat maupun dunia internasional. Israel bahkan bersikeras tetap membombardir Palestina walaupun telah ditegur oleh PBB dan negara-negara internasional.
"Maka apa yang harus kita lakukan kalau Israel terus membandel-bersikeras? Kita pun harus bersikeras melawan (Israel), membela Palestina, mendukung kemerdekaannya," kata Ledia dalam webinar bertema 'Menguatkan Kebijakan Indonesia ke Palestina', di UMJ, Jakarta, Selasa (31/10/2023).
Ledia mengingatkan kepada segenap masyarakat Indonesia untuk tidak melupakan jasa Palestina terhadap Indonesia. Sejarah mencatat Palestina adalah salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1945.
Dosen Universitas Islam di Gaza Ahed Abu Al Atta mengatakan, sivitas akademika memiliki peran penting dalam mendukung Palestina. Saat ini, kata dia, Israel kerap melakukan serangan-serangan fisik serta narasi yang memutarbalikkan fakta.
Contohnya adalah narasi tentang Hamas yang dituding sebagai teroris lantaran melakukan Operasi Badai Al Aqsa terlebih dahulu ke Israel, pada 7 Oktober 2023. Padahal, kata Ahed, Hamas merupakan organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
"Maka, serangan yang dilakukan Hamas dalam Operasi Badai Al Aqsa lalu adalah bentuk dari perlawanan dari negara yang terjajah. Dan dalam hukum internasional, hal itu sah-sah saja," kata Ahed.
Terlebih selama penjajahan yang dilakukan Israel kepada Palestina hingga kini, warga Palestina kerap menjadi korban kekejian Israel. Sehingga upaya Hamas dalam memperjuangkan Tanah Air Palestina secara legal hukum dan sikap merupakan hal yang wajar.
Dia mengajak kepada sivitas akademika sekaligus kaum milenial dan Gen Z untuk aktif mengampanyekan tentang Palestina di media sosial. Kalangan ini diajak meramaikan media sosial untuk membalas pemutarbalikan fakta yang dilakukan Israel kepada Palestina.
"Tujuannya adalah agar opini masyarakat internasional tidak terkungkung dalam permainan narasi yang dibuat oleh Israel," ujar Ahed.