Selasa 31 Oct 2023 18:21 WIB

Kedepankan Asas Kehati-hatian, Akselerasi Penyaluran Kredit BNI Tumbuh Kuat

Pertumbuhan kredit secara konsolidasi hingga September capai 7,8 persen YOY

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencapai rekor tertinggi sepanjang masa (All-Time High/ATH) dalam sesi perdagangan pertama pada Jumat (29/9/2023).
Foto: Dok BBNI
Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencapai rekor tertinggi sepanjang masa (All-Time High/ATH) dalam sesi perdagangan pertama pada Jumat (29/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini menjelaskan, penyaluran kredit perseroan terus mengalami akselerasi di kuartal ketiga, dimana kredit di kuartal ketiga tumbuh 3,2 persen dari posisi Juni atau Quarter on Quarter (QoQ), lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 2,6 persen QoQ. 

Akselerasi kredit ini membuat BNI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit secara konsolidasi hingga September tahun ini sebesar 7,8 persen YoY. Akselerasi kredit ini dilakukan dengan tetap mengedepankan asas kehati-hatian di mana sumber pertumbuhan kredit datang dari segmen berisiko rendah yaitu korporasi blue chip baik swasta dan BUMN, dan kredit konsumer, serta dua Perusahaan Anak yaitu hibank dan BNI Finance.

Kredit segmen korporasi swasta blue chip tumbuh 19,2 persen YoY menjadi Rp 251,6 triliun, diikuti segmen enterprise, yang merupakan direct value chain dari nasabah korporasi tersebut, tumbuh 10,2 persen YoY menjadi Rp 57,4 triliun. 

Segmen konsumer tumbuh 12,7 persen YoY menjadi Rp 119,5 triliun, yang dikontribusikan terutama dari pertumbuhan personal loan dan kredit pemilikan rumah (mortgage). Sementara itu, secara gabungan, Perusahaan Anak mencatatkan pertumbuhan kredit 94,3 persen YoY, sebagai dampak transformasi bisnis yang mulai berjalan.

"Penyaluran kredit yang tinggi oleh Perusahaan Anak dihasilkan dari hibank yang fokus pada pembiayaan UMKM berbasis cluster dan BNI Finance yang fokus pada pembiayaan kepemilikan mobil di segmen konsumer," ungkapnya.

Sejalan dengan strategi akselerasi kredit di segmen berisiko rendah tersebut, kualitas kredit terus membaik yang terlihat dari penurunan rasio NPL dan LaR. Rasio NPL per September 2023 tercatat berada di level 2,3 persen, telah jauh membaik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 3,0 persen.

Sementara itu, rasio LaR, yang mencakup NPL, kredit pada kolektibilitas 2, dan kredit kolektibilitas lancar yang sedang direstrukturisasi tercatat sebesar 14,4 persen, membaik dibandingkan September tahun 2022 yang sebesar 19,3 persen. 

"Meskipun indikator kualitas aset menunjukkan perbaikan yang kuat, kami terus mengimbanginya dengan penyediaan pencadangan pada level yang cukup untuk mengantisipasi risiko ketidakpastian di masa mendatang," kata dia.

Rasio pembentukan beban CKPN terhadap total kredit atau credit cost hingga September 2023 sebesar 1,4 persen, menurun 60 bps dibandingkan credit cost yang dibentuk pada periode yang sama tahun lalu sebesar 2,0 persen. 

CKPN yang dibentuk sangat memadai untuk meng-cover kebutuhan penambahan pencadangan bagi debitur–debitur yang masih dalam perhatian khusus. Kecukupan pencadangan ini tergambar dari rasio pencadangan untuk NPL dan LaR pada posisi September 2023, yang berada di level memadai masing–masing sebesar 324,5 persen dan 51,1 persen.

Pertumbuhan DPK hingga September 2023 mencapai 9,1 persen YoY lebih tinggi dari pertumbuhan kredit karena BNI menekankan pentingnya membangun likuiditas yang kuat di saat terjadi kenaikan risiko ekonomi global akhir-akhir ini. 

Sementara itu, Net Interest Margin (NIM) dapat dijaga sesuai dengan target perseroan didukung oleh kemampuan BNI untuk menyeimbangkan komposisi aset dan liabilitas secara efisien.

"Kami melihat bahwa kinerja top line yang baik ini merupakan dampak dari upaya berkelanjutan yang kami lakukan melalui implementasi program transformasi. Kami optimis untuk dapat terus mempertahankan momentum pertumbuhan bisnis dan mencapai target bisnis tahun ini," jelas Novita.

Sementara, Direktur Risk Management BNI David Pirzada menambahkan, perseroan telah mampu mencatatkan peningkatan kualitas aset dalam buku restrukturisasi COVID-19. Pada posisi September 2023, jumlah pinjaman yang direstrukturisasi dalam program pemulihan ekonomi nasional pemerintah ini tercatat Rp33,2 triliun atau hanya tersisa 5 persen dari total kredit.

"Ini telah sesuai dengan harapan kami. Kami pun tetap konservatif dalam hal pembentukan pencadangan, sehingga kami yakin lebih siap dalam menghadapi periode berakhirnya program stimulus OJK tahun depan," ujarnya.

Selanjutnya, sebagai bank pionir Green Banking dan motor penggerak pelaksana Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance) di Indonesia, perseroan berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan pada nilai-nilai, budaya kerja, strategi perusahaan, kebijakan operasional, serta sistem dan prosedur operasional perseroan.  

Sustainable Portofolio yang BNI lakukan untuk sektor-sektor ramah lingkungan hingga September 2023 tercatat, pembiayaan pada Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) mencapai Rp178,9 triliun atau 27 persen dari total portofolio kredit BNI. 

Sustainable Portfolio ini utamanya diberikan untuk kebutuhan pengembangan ekonomi sosial masyarakat melalui pembiayaan segmen UMKM sebesar Rp 118,3 triliun, pengelolaan bisnis ramah lingkungan dan sumber daya alam hayati sebesar Rp 21,5 triliun, energi baru dan terbarukan sebesar Rp 10,1 triliun, pembiayaan untuk pencegahan polusi sebesar Rp3,7 triliun, serta Sustainable Portfolio lainnya sebesar Rp 25,3 triliun. 

Selain aktif dalam pembiayaan Sustainable Portfolio, Perseroan juga bekerjasama dengan beberapa korporasi dalam program Sustainability Linked Loan (SLL) yang digunakan untuk investasi bisnis keberlanjutan dan mendorong debitur guna menerapkan prinsip bisnis berkelanjutan, dimana hingga kuartal ketiga 2023 Portfolio SLL telah mencapai Rp4,7 triliun.

Skema ini telah banyak menyemangati mitra BNI untuk semakin ambisius dalam mencapai target kinerja bisnis berkelanjutan. "Tentunya, kami pun menawarkan pricing yang menarik sebagai insentif bagi debitur dalam rangka meningkatkan pencapaian aspek ESG dalam bisnis usaha mereka sesuai jangka waktu yang telah disepakati. Kami ingin terus meningkatkan inisiatif tersebut agar menjadi bank dengan praktik ESG terbaik di Indonesia," kata David.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement