Rabu 01 Nov 2023 09:44 WIB

Penyeberangan Rafah akan Dibuka untuk Warga Palestina Terluka

Perlintasan ini memungkinkan warga Palestina yang terluka dirawat di rumah sakit Mesi

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Warga Palestina mencari korban selamat pasca serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza, Kamis, (26/10/2023).
Foto: AP Photo/Hatem Ali
Warga Palestina mencari korban selamat pasca serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza, Kamis, (26/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Penyeberangan perbatasan Rafah akan dibuka pada Rabu (1/11/2023). Perlintasan ini memungkinkan warga Palestina yang terluka dirawat di rumah sakit Mesir.

Direktur media penyeberangan perbatasan Rafah Wael Abu Mohsen mengonfirmasi bahwa penyeberangan tersebut akan dibuka. Gubernur Sinai Utara Mesir Mohamed Shosha mengumumkan keputusan pembukaan perbatasan dalam pernyataan yang disiarkan televisi untuk saluran Mesir.

Baca Juga

Shosha mengatakan dalam pernyataan sebelumnya, bahwa Provinsi Sinai Utara bersiaga untuk menerima warga Palestina yang terluka segera setelah perbatasan dibuka. Sebelum itu, Mesir menyatakan sedang membangun rumah sakit lapangan di dekat perbatasannya dengan Jalur Gaza.

“Direktorat Kesehatan di Sinai Utara bekerja dengan kapasitas penuh untuk mendirikan rumah sakit lapangan bagi warga Palestina yang terluka saat mereka masuk ke Mesir,” kata surat kabar milik pemerintah Mesir Al-Ahram.

Sekretaris Jenderal Gubernur Sinai Utara Osama al-Ghandour mengatakan, sebanyak tiga tempat telah dialokasikan untuk menampung mereka yang mendampingi korban luka di kota Sheikh Zuweid dan Arish di Sinai. Saluran media yang dikelola pemerintah Extra News mengonfirmasi bahwa penyelesaian akhir sedang dilakukan di rumah sakit lapangan.

Perlintasan perbatasan Rafah telah ditutup sejak pecahnya pertempuran di Jalur Gaza pada 7 Oktober dan sebagian dibuka selama beberapa hari untuk memungkinkan masuknya truk bantuan dalam jumlah terbatas. Direktur media penyeberangan Rafah mencatat, bahwa 196 truk bantuan sejauh ini telah menyeberang ke Gaza sejak 7 Oktober.

Tentara Israel telah memperluas serangan udara dan daratnya di Jalur Gaza, yang telah mengalami serangan udara tanpa henti sejak serangan mendadak yang dilakukan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober. Lebih dari 10 ribu orang telah meninggal dalam konflik tersebut sejak saat itu, termasuk 8.525 warga Palestina dan 1.538 warga Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak seruan gencatan senjata yang semakin meningkat. Dia mengatakan bahwa gencatan senjata berarti Israel menyerah kepada Hamas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement