REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain sedang mempertimbangkan berbagai kemungkinan perubahan untuk masa depan Jalur Gaza jika Hamas disingkirkan. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada Komite Alokasi Senat pada Selasa (31/10/2023), status quo Hamas yang bertanggung jawab atas daerah kantong padat penduduk itu tidak dapat dilanjutkan.
Blinken menyatakan, meski kepemimpinan Hamas tidak bisa dilanjutkan di Gaza, Israel diklaim tidak ingin ambil alih dalam pengoperasian wilayah itu. "Berbagai kemungkinan permutasi yang saat ini kami amati dengan cermat, seperti halnya negara-negara lain,” kata Blinken.
Blinken menyatakan, yang paling masuk akal adalah Otoritas Palestina yang efektif dan direvitalisas untuk memiliki pemerintahan atas Gaza. Namun, dia menyatakan, masih ada pertanyaan adalah tentang kemungkinan kondisi itu dapat dicapai.
“Dan jika Anda tidak bisa, maka ada pengaturan sementara lainnya yang mungkin melibatkan sejumlah negara lain di kawasan ini. Ini mungkin melibatkan badan-badan internasional yang akan membantu menyediakan keamanan dan pemerintahan,” kata Blinken.
Washington telah berbicara dengan Israel, serta negara-negara lain di kawasan tentang cara mengatur daerah kantong Palestina. Namun rencana yang jelas belum muncul.
Bloomberg melaporkan pada Selasa, opsi yang sedang dijajaki oleh AS dan Israel adalah kemungkinan pasukan multinasional yang mungkin melibatkan pasukan AS. Ada kemungkinan lain Gaza akan ditempatkan di bawah pengawasan PBB untuk sementara waktu.
Menanggapi laporan tersebut, Gedung Putih mengatakan, pengiriman pasukan AS ke Gaza sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian bukanlah sesuatu yang dipertimbangkan atau didiskusikan.
“Kami telah melakukan pembicaraan awal mengenai seperti apa masa depan Gaza,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller dalam sebuah pengarahan.
“Saya berharap hal ini akan menjadi subyek keterlibatan diplomatik yang baik di masa depan,” ujarnya.
Sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober, Israel telah berjanji untuk memusnahkan Hamas dalam serangan gencar yang tiada henti di Jalur Gaza. Namun hal ini tampaknya belum menunjukkan akhir yang jelas. Beberapa pembantu Presiden AS Joe Biden khawatir bahwa meskipun Israel mungkin menyusun rencana efektif untuk menimbulkan kerusakan jangka panjang pada Hamas, Israel belum merumuskan strategi keluarnya.
Pada Selasa, pejabat kesehatan Palestina mengatakan setidaknya 50 warga Palestina terbunuh ketika serangan udara Israel menghantam kamp pengungsi padat penduduk di Gaza utara. Pejabat PBB dan lembaga bantuan lainnya mengatakan, warga sipil di wilayah kantong Palestina yang terkepung dilanda bencana kesehatan masyarakat dengab rumah sakit kesulitan merawat korban ketika pasokan listrik mulai berkurang.