REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berwisata yang ramah lingkungan kini menjadi lebih krusial dari sebelumnya, karena iklim terus berubah dan pariwisata telah melewati fase yang buruk pascapandemi Covid. Polusi dan limbah berlebih telah menyebabkan kerusakan pada lingkungan, hewan, hingga masyarakat yang tinggal di lokasi wisata.
Tidak hanya itu, pariwisata secara umum telah menyumbang 8 hingga 10 persen emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Dan sebagai solusi, wisata yang berkelanjutan (sustainable travel) telah digaungkan oleh para ahli dan pegiat lingkungan karena dinilai lebih bertanggung jawab.
Lantas bagaimana menerapkan sustainable travel? Menurut pegiat sosial dan lingkungan dari Inggris, Charlie Fletcher, setiap traveler disarankan untuk melakukan perencanaan perjalanan terlebih dahulu. Misalnya jika akan mengemudi, pilih rute-rute yang bisa menghemat bahan bakar. Sebelum berangkat, tentukan juga hotel untuk menginap, makanan yang akan disantap, atau destinasi wisata yang ingin dikunjungi.
Khususnya, memilih tempat makan sangat melancong bisa sangat penting. Dengan mengonsumsi makanan yang berasal dari sumber lokal, wisatawan akan mengonsumsi makanan yang lezat dan mendukung petani dan bisnis lokal.