Rabu 01 Nov 2023 23:43 WIB

Jurnalis Indonesia dan Amerika Latin Bahas Industri Media Digital

Kemenkominfo menggelar acara diskusi dengan jurnalis Indonesia dan Amerika Latin.

Red: Bilal Ramadhan
Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar Focus Group Discussion dengan tema Policies Parallel: Reshape News and Role of Journalism in Respond to Digital Transformation di Hotel Indonesia Kempinski, Senin (30/10).
Foto: Istimewa
Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar Focus Group Discussion dengan tema Policies Parallel: Reshape News and Role of Journalism in Respond to Digital Transformation di Hotel Indonesia Kempinski, Senin (30/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar Focus Group Discussion dengan tema “Policies Parallel: Reshape News and Role of Journalism in Respond to Digital Transformation” di Hotel Indonesia Kempinski, Senin (30/10/2023). Pertemuan ini dalam mendukung diplomasi Indonesia dengan Amerika Latin.

Kepala Badan Pengembangan SDM Hary Budiarto dalam sambutannya mengatakan industri media mengalami transformasi yang dinamis didorong oleh inovasi teknologi. “Batasan jurnalisme saat ini dipengaruhi pelaku media baru dengan kemudahan akses  teknologi,” kata Hary dalam rilisnya, Rabu (1/11/2023).

Hary mengungkapkan, FGD kali ini merupakan kolaborasi Kominfo bersama Kementerian Luar Negeri untuk mempertemukan jurnalis perwakilan dari 3 negara Amerika Latin, yaitu Brasil, Chili dan Panama dengan perwakilan jurnalis Indonesia, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Post-Event Program of the 2023 FEALAC Journalists’ Visit Program.

Jessica Maes, jurnalis surat kabar Folha de Sao Paulo, Brasil, mengatakan saat ini industri media tengah memang menghadapi sebuah tantangan baru dengan adanya transformasi digital ini.

"Setiap suatu hal baru datang pasti ada menimbulkan masalah baru untuk kita. Dimulai dari munculnya radio, kemudian TV, dan sekarang internet, tapi yang lebih penting bagaimana media untuk beradaptasi dan memanfaatkan peluang yang diberikan," ujar Jessica.

Sementara, Eduardo Olivares, redaktur surat kabar berbahasa Spanyol tertua di Cile, mengungkapkan, transformasi terus menjadi agenda bagi El Mercurio sebagai surat kabar berusia 200 tahun. Karena kemajuan teknologi dipandang sebagai alat untuk mendorong perbaikan.

“Saya (jurnalis) ketika bekerja hanya memikirkan value, tidak pernah memikirkan skema bisnis. Ini yang perlu diubah, agar ada keseimbangaan antara nilai berita dengan model bisnis,” kata Eduardo.

Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia Wahyu Dhyatmika mengatakan bahwa kunci mengelola transformasi digital ini adalah dengan memperhatikan aspek supply dan demand.

"Ada tiga area juga yang perlu diperhatikan, terkait produksi, konsumsi dan distribusi  pemberitaan di era transformasi digital ini. Dimana industri media harus memperhatikan untuk mencukupi suplai dan demand di masyarakat, namun tetap memperhatikan akurasi pemberitaan yang disampaikan ke masyarakat," kata Wahyu.

Sementara dari aspek distribusi, ini yang perlu adanya kebijakan untuk meningkatkan posisi tawar media dalam menegosiasikan imbal hasil dari konten yang dihasilkan, dan didistribusikan di digital platform.

“Ini adalah kebijakan yang sudah diformulasikan bersama antara komunitas pers dengan pemerintah di Indonesia, dan menunggu pengesahannya,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement