REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia siap memberikan bantuan kepada anak-anak yang dievakuasi dari Palestina. Ombudsman Anak Maria Lvova-Belova menyatakan kesiapan tersebut pada Rabu (1/11/2023) meski sejauh ini belum ada permintaan bantuan yang diterima oleh Rusia.
Berbicara pada pertemuan Komisi Perlindungan Hak Anak Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di Minsk, Belarusia, Lvova-Belova mengatakan, saat ini dia tidak memiliki data tentang anak-anak Rusia di zona konflik Palestina-Israel. “Kami telah menyatakan keinginan kami untuk mendukung dan membantu jika diperlukan… Jika diperlukan, kami sudah mengatakan ini sejak awal, kami akan siap untuk terlibat dan kami akan siap membantu,” katanya dikutip dari Anadolu Agency.
Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) sebelumnya telah menyuarakan kekhawatiran atas meningkatnya jumlah kematian anak di Jalur Gaza sejak 7 Oktober. Juru bicara UNICEF James Elder mengatakan, Gaza telah menjadi kuburan anak-anak dan neraka bagi semua orang.
Elder menyesalkan bahwa jumlah korban di kalangan anak di bawah umur telah melebihi 3.450 jiwa. “Yang mengejutkan, jumlah ini meningkat secara signifikan setiap hari,” katanya.
Elder mengulangi seruan UNICEF untuk segera melakukan gencatan senjata dan memberikan akses kemanusiaan terhadap pasokan untuk wilayah kantong tersebut. Dia mengatakan, bahwa anak-anak di Gaza sekarat bukan hanya karena serangan udara tetapi juga karena kurangnya perawatan medis yang diperlukan.
“Tapi ancaman terhadap anak-anak lebih dari sekadar bom,” kat Elder.
Sedangkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata. Pekan ini tentara Israel memperluas serangan udara dan daratnya ke Jalur Gaza. Serangan udara Israel di Gaza berulang kali menargetkan rumah sakit, tempat tinggal, masjid, dan gereja. Berdasarkan Konvensi Jenewa, serangan terhadap rumah sakit dilarang keras.