Kamis 02 Nov 2023 09:44 WIB

Israel Terus Gempur Palestina, Muslim AS Kecewa pada Biden

Muslim AS mendesak Biden menuntut gencatan senjata di Palestina.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Foto: EPA-EFE/MIRIAM ALSTER
Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) pada Rabu (1/11/2023), mengutuk serangan berulang-ulang Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Gaza. CAIR juga menyatakan kekecewaannya atas penolakan pemerintahan Biden untuk menuntut gencatan senjata dalam konflik Israel-Hamas.

“Kami kehabisan kata-kata untuk menggambarkan kekecewaan komunitas Muslim Amerika terhadap penolakan pemerintahan Biden untuk menuntut gencatan senjata,” kata Wakil Direktur Nasional CAIR Edward Ahmed Mitchell dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (2/11/2023).

Baca Juga

Dia menambahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bukan secara tidak sengaja membunuh warga sipil di kamp pengungsi Jabalia hari demi hari. Menurutnya, dia jelas melakukannya dengan sengaja.

"Pada titik ini, penolakan Presiden (Joe) Biden untuk menuntut gencatan senjata hampir tidak masuk akal. Demi Tuhan, Presiden Biden, hentikan kegilaan ini dan tuntut gencatan senjata,” katanya.

Serangkaian serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza pada Selasa (31/10/2023) menyebabkan ratusan korban jiwa, menurut Kementerian Dalam Negeri di daerah kantong yang terkepung. Pasukan Israel mengebom kembali kamp padat penduduk tersebut pada esok harinya, dua hari berturut-turut pada Rabu (1/11/2023).

Serangan tersebut menewaskan 195 orang dan melukai ratusan orang lainnya. Tentara Israel memperluas serangan udara dan daratnya di Jalur Gaza yang telah mengalami serangan udara tanpa henti sejak kelompok Palestina Hamas melancarkan serangan mendadak lintas perbatasan pada 7 Oktober 2023.

Lebih dari 10.300 orang telah meninggal dunia dalam konflik tersebut, termasuk setidaknya 8.796 warga Palestina mati syahid dan lebih dari 1.538 warga Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement