REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi kecerdasan buatan (AI) sudah menjadi sorotan publik, khususnya sejak OpenAI merilis ChatGPT. Sejumlah perusahaan teknologi besar mulai meluncurkan produk serupa yang dinilai bisa membantu pekerjaan manusia.
Oleh karena itu, produk-produk AI mulai bermunculan di berbagai bidang, termasuk dalam ranah usaha. Managing Partner Red Asia Inc. Damon Hakim melihat pelaku usaha saat ini paling banyak membutuhkan strategi untuk marketing.
"Yang menjadi masalah adalah karena mereka tidak punya kemampuan strategi, mereka langsung eksekusi. Buru-buru buat konten media sosial lalu unggah. Ini kesannya seperti serabutan," kata Damon di acara konferensi pers peluncuran inisiatif Artificial Intelligence dari Red Asia Inc di kawasan Jakarta Pusat, belum lama ini.
Menurut dia, jika pelaku usaha memiliki strategi kuat akan membuat dampak pada penjualan mereka lebih bagus. Kekurangan pemahaman strategi marketing lanjut dia sebenarnya karena tidak ada kemampuan untuk bekerja sama dengan para ahli.
"Ibaratnya kalau bangun rumah, punya blue print yang tepat, punya arsitek yang kasih tahu kamu harusnya bangun seperti ini, baru interiornya. Kira-kira analoginya gini akan jauh lebih efektif, bisa meningkatkan penjualan dan lebih efisien pengeluaran dari marketing-nya," ujarnya.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan keberadan AI memiliki pengaruh dan bisa diterapkan oleh perusahaan, instansi, atau pemerintah yang berkaitan dengan masyarakat luas. Misalnya, pemanfaatan big data dalam membuat kebijakan untuk pengembangan pelaku usaha.
"Contohnya, pemanfaatan big data yang ada di Small Medium Enterprise (SME). Menurut survei yang dilakukan kementerian Koperasi UKM ada sembilan juta data Usaha Kecil Menengah (UKM). Ini bisa jadi salah satu perangkat data untuk menghasilkan kebijakan," kata dia.
Penggunaan AI memiliki banyak manfaat untuk pelaku usaha, seperti meningkatkan penjualan dan bisa mengatur strategi pemasaran. Salah satunya dengan menerapkan segmented advertisement.
Manfaat lain, lanjut dia, AI juga dapat memberikan efisiensi pada ekonomi Produk Domestik Bruto (PDB) dan membuka lapangan kerja. Namun, di sisi lain, AI juga memiliki kelemahan. Terlebih, digital ranking Indonesia masih dinilai cukup rendah, khususnya dari sisi pengetahuan.
Oleh karena itu, Huda mendorong agar pembuat teknologi AI memikirkan masalah itu. Selain itu, dia menganjurkan agar AI dibuat ramah terhadap pelaku usaha dan penyandang disabilitas.
"Mudah digunakan, interface-nya lebih bagus, friendly terhadap UMKM. Tidak lupa AI untuk penyandang disabilitas. Mereka bisa menggunakan manfaat AI agar lebih berkembang, khususnya untuk perdagangan," ucapnya.