REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) menyalurkan bantuan tahap tiga untuk masyarakat di Jalur Gaza, Palestina, yang sedang menghadapi ancaman genosida oleh penjajah Israel. Lewat keterangan tertulis kepada Republika, Kamis (2/11/2023), Sekretaris Jenderal BSMI Muhammad Rudi menjelaskan, bantuan yang disalurkan berupa obat-obatan, alat kesehatan dan kebutuhan operasional ambulans untuk penggunaan Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan perawatan luka serta kebutuhan-kebutuhan pasien lainnya.
Menurut Rudi, bantuan tersebut sudah diserahkan oleh relawan BSMI di Jalur Gaza ke dua rumah sakit yakni RS Kamal Adwan dan RS Shifa pada Senin waktu setempat. Rudi mengungkapkan, BSMI menggandeng Baitul Mal Hidayatullah (BMH) dan Wakaf Salman dalam menggalang dana bantuan. Total bantuan yang disalurkan mencapai Rp 300 juta. "Kami harapkan bantuan tersebut bisa membantu sekitar 300 pasien masing-masing rumah sakit,"ujar dia.
Rudi menjelaskan, penyaluran bantuan tersebut sempat mengalami kesulitan karena terjadi serangan di sekitar RS Shifa karena adanya serangan udara dari penjajah Israel. Meski demikian, bantuan tersebut akhirnya berhasil diserahterimakan kepada tim medis rumah sakit setempat.
BSMI sebelumnya sudah menyalurkan bantuan pada tahap pertama dan tahap kedua pada saat pintu Rafah atau gerbang perbatasan jalur Gaza dan Mesir belum dibuka. Bantuan tersebut dikirimkan dalam bentuk uang melalui relawan lokal di Gaza. Mereka kemudian membelikan obat-obatan, makanan, dan air minum untuk para korban dan rumah sakit.
“Untuk tahap awal kita lihat bahwa emergency itu obat-obatan dan makanan, jadi kami dengan mitra lokal di sana sudah mengirim bantuan obat-obatan di jabaliyah, makanan siap saji kita juga sudah berikan di pengungsian jabaliyah utara, sambil menunggu tim aju,” kata Rudi.
Menurut Ketua Umum BSMI Djazuli Ambari, sejak perang Hamas-Israel meletus dan perbatasan Rafah masih ditutup, tim lokal BSMI telah bergerak mengirimkan bantuan-bantuan emergency tersebut. Salah satunya bekerjasama dengan tim lokal dan para dokter yang pernah mendapat beasiswa di Indonesia dari BSMI.
“Bantuan tahap pertama, saat pintu Rafah masih ditutup, (bantuan) kita sudah sampai, ada mitra kita disana yang bisa bantu. Ada lembaga yang bisa bekerja sama di sana, ada mahasiswa juga yang kita sekolahin di Indonesia mereka sudah pulang di sana, jadi sebagai kontak kita di sana, dan bantuan uang kita kirim ke mereka untuk diberikan (bantuan) kepada rumah sakit-rumah sakit, ada makanan, juga untuk air minum, air bersih, obat-obatan sudah sampai di tahap pertama, walaupun Raffah masih ditutup,” kata Djazuli.