Kamis 02 Nov 2023 19:44 WIB

Ratusan Truk Bantuan Masih Tertahan di Sinai Utara tak Bisa Masuk ke Gaza

Pada Selasa (31/10/2023) lalu, sebanyak 60 truk berhasil melintasi Rafah menuju Gaza.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
File - Konvoi truk bantuan kemanusiaan menuju Jalur Gaza, terlihat diparkir di luar gerbang perbatasan Rafah, di perbatasan Rafah, Mesir,  Selasa (24/10/2023).
Foto: EPA-EFE/Khaled Elfiqi
File - Konvoi truk bantuan kemanusiaan menuju Jalur Gaza, terlihat diparkir di luar gerbang perbatasan Rafah, di perbatasan Rafah, Mesir, Selasa (24/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Ratusan truk pengangkut bantuan kemanusiaan internasional untuk penduduk Jalur Gaza masih terhenti di wilayah Sinai Utara, Mesir. Mereka tengah menunggu giliran untuk bisa memasuki Gaza melalui gerbang penyeberangan Rafah.

Semua truk pengangkut bantuan yang melewati wilayah Mesir akan diperiksa oleh otoritas Israel sebelum mereka dapat mengakses Gaza. “Kami pikir prosesnya akan cepat, dan kami tidak memerlukan waktu beberapa hari untuk mengirimkan bantuan ke Gaza. Tapi kami sudah berada di sini selama 15 hari dengan sedikit kemajuan. Mesir tidak menahan upaya apa pun,” kata Reem Ali, seorang sukarelawan bantuan, Kamis (2/11/2023).

Baca Juga

Saat ini di gerbang penyeberangan Rafah terdapat puluhan truk yang masih mengantre untuk memasuki Gaza. Pada Selasa (31/10/2023) lalu, sebanyak 60 truk berhasil melintasi Rafah menuju Gaza. Itu merupakan konvoi bantuan terbesar yang memasuki Gaza sejak pertempuran dimulai pada 7 Oktober 2023 lalu.

Sejak 7 Oktober 2023, jumlah truk pengangkut bantuan yang telah berhasil memasuki Gaza hanya mencapai 250. Jumlah itu terbilang sangat kecil. Sebab otoritas Mesir mengatakan, setidaknya 500 truk harus melintasi Rafah menuju Gaza setiap harinya guna bisa memenuhi kebutuhan penduduk di wilayah tersebut.

Pada Selasa lalu, Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly sempat mengunjungi Rafah untuk menindaklanjuti proses pengiriman bantuan. “Kami menolak kebijakan hukuman kolektif yang sedang berlangsung terhadap warga sipil Gaza. Sejak awal konflik ini, Mesir telah bekerja dan bergerak tanpa kenal lelah, dimulai dari Presiden Abdel Fattah al-Sisi dan seluruh lembaga negara, termasuk Departemen Urusan Sipil,” kata Madbouly.

Hingga saat ini, Israel masih terus membombardir Gaza. Meski jumlah korban jiwa dan luka di Gaza kian melambung, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan, dia menolak gencatan senjata di Jalur Gaza. “Seruan gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah pada Hamas, menyerah pada terorisme, menyerah pada barbarisme. Ini tidak akan terjadi,” ujarnya pada Senin (30/10/2023) lalu.

Hingga berita ini ditulis, jumlah warga Gaza yang telah terbunuh serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 lalu telah melampaui 8.800 jiwa. Lebih dari 3.600 di antaranya merupakan anak-anak.

Sementara korban luka mencapai sedikitnya 22 ribu orang. Agresi Israel juga telah menyebabkan lebih dari 1 juta warga Gaza terlantar dan mengungsi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement