Kamis 02 Nov 2023 21:26 WIB

Dzikir Awal Islam Masih Gunakan Batu, Sejak Kapan Tasbih atau Subha Dikenal?

Dzikir merupakan salah satu aktivitas mendekatkan diri kepada Allah SWT

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Nashih Nashrullah
Berdzikir. Ilustrasi. Dzikir merupakan salah satu aktivitas mendekatkan diri kepada Allah SWT
Foto: Thoudy Badai/Republika
Berdzikir. Ilustrasi. Dzikir merupakan salah satu aktivitas mendekatkan diri kepada Allah SWT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tasbih dalam bahasa Arab sering disebut “subha” telah menjadi bagian dari tradisi Islam selama berabad-abad. Meskipun manik-manik belum ada pada zaman Nabi Muhammad SAW atau para khalifahnya, sejarah menceritakan bahwa subha yang kita kenal sekarang berasal dari India pada abad kedua Islam.  

 

Baca Juga

Dilansir di Arab News, ide awal dari subha adalah untuk menghitung jumlah dzikir dan doa yang telah dibaca seperti  “Subhanallah” (Maha Suci Tuhan), “Alhamdulilah” (Puji Tuhan) dan “Allahu Akbar” (Tuhan Mahabesar). 

 

Sebagaimana diriwayatkan hadits Nabi Muhammad (SAW), seorang Muslim diberi pahala karena membacanya beberapa kali setelah setiap sholat. Banyak agama menggunakan cara serupa seperti tali atau selendang yang diikat untuk membantu umatnya dalam menjalankan ibadah keagamaan.  

 

Sebelum menggunakan subha,  orang terdahulu memiliki tradisi dengan menggunakan batu kemudian batu-batu itu digantikan manik-manik buatan tangan pada rantai kecil. 

 

Bangsa Turki Utsmani yang menguasai sebagian besar dunia Muslim selama berabad-abad dikenal karena keterikatan mereka pada subha.  

 

Mereka menggunakan batu-batu berharga dan semi mulia dari seluruh kerajaan mereka untuk menambah keindahan barang tersebut.

 

Pada abad ke-21, banyak orang Arab Saudi dan Arab lainnya yang bangga memiliki subha berkualitas tinggi. Meskipun pabrik modern membuat manik-manik dari plastik dan bahan sintetis lainnya, manik-manik buatan tangan sangat dihargai dan meningkatkan prestise pemiliknya.  

 

Saat ini, yang bisa membuat subha berkualitas jumlahnya relatif sedikit, tersebar di seluruh Timur Tengah. Pada Festival Janadriya untuk Budaya dan Warisan ke-21 di Riyadh, ada seorang warga Arab Saudi yang membuat manik-manik buatan tangan. 

 

Dia memiliki kios khusus di festival tempat dia memamerkan berbagai jenis manik-manik, dengan berbagai warna, bentuk dan ukuran. 

 

Muhammad Asiri, 47 tahun dari Abha mengatakan bahwa dia telah bekerja sebagai pembuat manik-manik selama lebih dari 30 tahun. “Saya mulai belajar ketika saya masih kecil,” kata dia. 

 

Dia menjelaskan, pertama-tama dia mengumpulkan batu mulia dan semi mulia tersebut dari berbagai tempat, antara lain Suriah, Mesir, Turki, Iran, India, bahkan China. 

 

Dia kemudian menambahkan sentuhan istimewanya pada subha dengan memilih benang dan ekor yang sesuai, yang dikenal secara lokal sebagai “tarboosh.”  

Baca juga: Semangka yang Jadi Simbol Perlawanan Rakyat Palestina Disebutkan dalam Alquran?

 

Menurut Asiri, setiap pembuat manik menambahkan sentuhan pribadinya pada subha. “Manik-manik buatan tangan saya dibedakan dari ornamen dan gaya simpul ekor subhanya,” jelas dia.  

 

Simpulnya memang dikenal oleh para penikmat Subha di seluruh Saudi, selain itu, pembuat manik-manik lainnya langsung mengenali karyanya.

Asiri mengatakan bahwa banyak orang di Arab Saudi membeli subha ketika mereka ingin memberikan hadiah kepada seseorang yang mereka cintai untuk acara khusus.  

 

Subha mewakili rasa terima kasih atau rasa hormat seseorang terhadap orang lain dan dihargai semua orang Arab jika diterima sebagai hadiah.  

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement