GENPOP -- Dahulu ada pemukiman orang-orang Maroko (Maghreb) di dekat Masjid Al Aqsa. Pemukiman ini bernama Harah Al Magharibah, yang berarti Distrik Orang-Orang Maghreb atau Maroko.
Distrik tersebut dihuni orang-orang asal Maroko pada tahun 1187 M. Uniknya pemukiman ini ialah dari desainnya.
Rumah-rumah menempel dengan tembok tebal, di atasnya terdapat lengkungan, kubah, dan ruangan-ruangan kecil, serta diselingi dengan bangunan-bangunan kecil, dengan gang-gang sempit sumur dan pintu masuk kecil.
Awal mula orang-orang Maroko ada di wilayah Yerusalem dimulai pada masa menjelang Perang Hattin 1187.
Mereka mulai berbondong-bondong datang ke kota Yerusalem, untuk ikut serta dalam pertempuran antara Tentara Salib dan umat Islam yang dipimpin oleh Salahuddin Al Ayyubi, pendiri negara Ayyubiyah.
Setelah kemenangan umat Islam dalam pertempuran tersebut, sebagian besar wilayah yang diduduki Tentara Salib dibebaskan.
Lalu Shalahuddin Al Ayyubi mempertahankan pasukan dari kalangan orang Maroko yang berperang bersamanya. Persentase populasi mereka sekitar 25 persen dari total tentara yang dia pimpin.
Peran orang-orang Maghreb memang signifikan dalam menaklukkan Tentara Salib. Apalagi mereka hadir di semua lokasi, baik darat maupun laut.
Orang-orang Maghreb menetap di bagian barat daya Tembok Buraq, yang dianggap sebagai daerah yang mudah dijangkau musuh.
Shalahuddin Al Ayyubi berkata, "Di sana aku tempatkan orang-orang yang berjuang di darat maupun laut. Dan aku titipkan kepada mereka masjid suci dan kota ini."
Pada masa pemerintahan Raja Al Afdal Nur Al Din Al Hakam, banyak fasilitas lain yang dibangun di dalam Harah Al Magharibah, termasuk sekolah dan masjid.
Lalu pada tahun 1300, berubah menjadi tempat yang ramai dikunjungi penduduk yang berasal dari Maroko, untuk tujuan pendidikan dan ziarah.
Pada masa pemerintahan Ottoman, daerah tersebut terus eksis dan bahkan berkembang lebih pesat secara intelektual, ilmiah, dan religius. Sampai menarik perhatian para cendekiawan, pemikir, dan ulama, termasuk syekh sufi, peziarah, pedagang, dan lainnya.
Karena banyaknya orang yang masuk ke sana, Ottoman membuat beberapa perubahan dalam penampilan dan luas lingkungan Harah Al Magharibah, dengan menghilangkan gerbang utamanya, dan membangun gerbang yang jauh lebih besar.
Sehingga mengarah langsung ke Masjidil Haram, dengan perluasan alun-alun menjadi alun-alun luar, yang kemudian disebut "Al Magharib Al Baraniyya".
Selama bertahun-tahun, orang-orang dari Tunisia, Libya, Maroko, dan Aljazair terus berbondong-bondong ke kota Yerusalem. Selama itulah orang-orang dari Tunisia, Libya, Maghreb, dan Aljazair menetap di lingkungan Maghreb.
Bertahun-tahun sebelum tirai kisah sejarah Harah Al Magharibah ditutup sepenuhnya, tepatnya pada tahun 1955, Raja Mohammed V dari Maroko saat itu mengeluarkan keputusan untuk mendirikan rumah sakit di sana. Untuk memberikan layanan kesehatan berkualitas tinggi kepada masyarakatdi sana.
Rumah sakit ini secara resmi dibuka pada tanggal 14 Juli 1956, di hadapan Menteri Luar Negeri Maroko yang saat itu ditunjuk, Abdelkhalek Touras, dan disebut Rumah Sakit Maroko.
Rumah sakit ini memberikan banyak layanan kesehatan gratis kepada penduduk lingkungan sekitar dan lingkungan terdekat lainnya, termasuk departemen darurat, bedah, penyakit dalam, wanita, bersalin, dan anak-anak.
Rumah sakit ini juga dilengkapi dengan peralatan dan peralatan medis terkini yang dapat disediakan, dengan staf medis, keperawatan, apoteker dan teknis yang sebagian besar berasal dari Maroko.
Namun semuanya berubah setelah Israel menyerang. Pada tahun 1967, pasukan pendudukan Israel menghancurkan lingkungan tersebut.
Tepatnya pada bulan Juni 1967, setelah Perang Enam Hari atau Perang Juni 1967, pasukan pendudukan Israel menyerang penduduk Harah Al Magharibah.
Menghancurkan semua bangunan dan fasilitas dasar, serta mengevakuasi penduduk dari lingkungan tersebut. Banyak keluarga yang mengungsi. Sebagian besar warga tewas, dan yang lainnya menghilang.