Oleh Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika
Bila ada pergi di berbagai kawasan Arabia, di sepanjang pinggir jalan teronggik gerobak atau kios yang memperdagangkan semangka. Buah dengan kulitnya berwarna hijau dan diisi daging di dalamnya sangat mudah didapati.
Rasa semangka yang manis dan berair sangat enak untuk disantap di tengah cuara padang pasir yang terik. Apalagi di berbagai negara itu punya kebiasaan menyantap semangka dingin sebelum makan. Rasanya sungguh nikmat dan menyegarkan.
Manariknya pada masa kini di tengah sengkarut pengeboman Zionis Israel di Gaza, sosok semangka telah menjadi simbol perlawanan bagi rakyat Palestina. Buah ini banyak diunggah di media sosial sejak perang Israel-Hamas berkecamuk di Gaza. Apalagi wara semangka ini sangat cocok dengan warna bendera Palestina yang didominiasi warga merah dan hijau.
Dilansir majalah Time, penggunaan semangka sebagai simbol Palestina bukanlah hal baru. Simbol buah ini pertama kali muncul setelah Perang Enam Hari pada 1967, ketika Israel menguasai Tepi Barat dan Gaza, serta mencaplok Yerusalem Timur. Pada saat itu, Pemerintah Israel menjadikan pengibaran bendera Palestina di depan umum sebagai pelanggaran pidana di Gaza dan Tepi Barat.
Untuk menghindari larangan tersebut, warga Palestina mulai menggunakan semangka sebagai simbol bendera mereka. Warna buah semangka dianggap mewakili warna bendera Palestina. Ketika dibelah, semangka memiliki warna merah, hitam, putih, dan hijau seperti bendera nasional Palestina.
Seniman Sliman Mansour mengatakan kepada The National pada 2021 bahwa, pejabat Israel pada 1980 menutup pameran di 79 Galeri di Ramallah yang menampilkan karyanya dan karya lainnya, termasuk Nabil Anani dan Issam Badrl.
“Mereka mengatakan kepada kami bahwa mengecat bendera Palestina itu dilarang, tapi warnanya juga dilarang. Issam berkata, ‘Bagaimana jika saya membuat bunga berwarna merah, hijau, hitam dan putih?’, dan petugas itu menjawab dengan marah, ‘Ini akan disita. Bahkan, jika Anda mengecat semangka, itu akan disita'," kata Mansour.
Israel mencabut larangan terhadap bendera Palestina pada 1993, sebagai bagian dari Perjanjian Oslo, yang mencakup pengakuan timbal balik antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina. Ini merupakan perjanjian formal pertama sebagai upaya untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Bendera tersebut dianggap mewakili Otoritas Palestina, yang akan mengelola Gaza dan Tepi Barat.
Setelah perjanjian ini ditandatangani, New York Times mengulas tentang semangka sebagai simbol selama pelarangan bendera. “Di Jalur Gaza, di mana para pemuda pernah ditangkap karena membawa irisan semangka, yang menunjukkan warna merah, hitam, dan hijau Palestina, tentara hanya berdiam diri, dengan sikap bosan, saat prosesi berjalan sambil mengibarkan bendera yang pernah dilarang,” ujar jurnalis Times, John Kifner.
Pada 2007, tepat setelah Intifada Kedua, seniman Khaled Hourani menciptakan Kisah Semangka untuk buku berjudul Subjektif Atlas Palestina. Pada 2013, ia membuat satu karya seni yang dinamakan Warna Bendera Palestina. Karya seni ini kemudian dilihat oleh banyak orang di seluruh dunia.
Penggunaan semangka sebagai simbol, kembali muncul pada 2021...