REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu masih belum mengizinkan pasokan bahan bakar minyak (BBM) memasuki Jalur Gaza. Saat ini suplai BBM sangat dibutuhkan di Gaza, terutama untuk menopang kegiatan operasional fasilitas-fasilitas medis dan rumah sakit.
“Netanyahu belum menyetujui masuknya BBM ke Gaza,” demikian bunyi pernyataan yang dirilis Kantor Perdana Menteri Israel, Kamis (2/11/2023), dikutip laman Middle East Monitor.
Pernyataan itu disiarkan tak lama setelah Kepala Staf Angkatan Darat Israel Herzi Halevi menyampaikan bahwa negaranya akan mengizinkan pasokan BBM memasuki Gaza melalui gerbang penyeberangan Rafah jika mengetahui stok BBM milik rumah sakit-rumah sakit di sana habis.
“Selama lebih dari sepekan, mereka memberi tahu kami bahwa BBM di rumah sakit akan habis dan ternyata belum habis. Kita lihat saja kapan saatnya tiba. BBM akan disalurkan, dengan pengawasan, ke rumah sakit, dan kami akan melakukan segalanya untuk memastikan bahwa BBM tersebut tidak mencapai infrastruktur Hamas dan tidak akan memenuhi tujuan perang (Hamas),” ujar Halevi.
Dalam pengarahan pers pada Rabu (1/11/2023) lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi sempat memaparkan tentang kondisi terkini rumah sakit di Gaza, termasuk Rumah Sakit Indonesia. “Sebagaimana teman-teman mungkin juga sudah baca bahwa terdapat informasi yang kita peorleh dari pernyataan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza yang menyampaikan last appeal Rabu pagi mengenai pentingnya pasokan bahan bakar untuk merawat dan menyelamatkan nyawa manusia yang dirawat di rumah sakit,” kata Retno.
“Dalam rilis tersebut disebutkan bahwa waktu tinggal beberapa jam sebelum generator utama dua rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Al-Syifa Medical Complex dan Rumah Sakit Indonesia akan mengalami shut down kalau tidak ada tambahan pasokan bahan bakar,” ujar Retno.
Setelah menerima informasi tersebut, tim Kementerian Luar Negeri RI segera melakukan komunikasi dengan para relawan Medical Emergency Rescue Committee (MERC), yakni organisasi sosial kemanusiaan Indonesia yang menginisiasi pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. “Dari komunikasi kita diperoleh informasi bahwa waktu yang tersisa adalah kurang lebih 48 jam sejak tadi pagi, karena kita melakukan komunikasi tadi pagi, sebelum generator utama mengalami shut down,” kata Retno.
Menlu menjelaskan, sejak awal dia telah menyerukan agar bahan bakar dan air bersih dapat dipermudah memasuki Gaza. “Dengan situasi ini, kita intensifkan komunikasi agar bahan bakar dapat segera masuk ke Gaza dengan alasan kemanusiaan. Sekali lagi, dengan alasan kemanusiaan,” ujarnya.