REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pemimpin gerakan Hizbullah Lebanon, Hassan Nasrallah, mengatakan perang di Gaza akan berakhir dengan kemenangan Hamas atas Israel. Kemenangan Hamas ini, ungkapnya, adalah tujuan utama kelompok Hizbullah ikut berperang melawan Israel.
Berbicara untuk pertama kalinya di hadapan publik, pada Jumat (3/11/2023), sejak serangan Hamas ke Israel yang memicu perang di Gaza, Nasrallah mengatakan pertempuran tersebut tidak seperti gejolak sebelumnya di wilayah pesisir tersebut dan merupakan “pertempuran yang menentukan”.
Nasrallah mengatakan serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober terhadap komunitas Israel di dekat Jalur Gaza, yang menewaskan sekitar 1.400 warga Israel, dilakukan semata-mata oleh warga Palestina dan sepenuhnya rahasia.
Dia mengatakan hal itu tidak diungkapkan kepada faksi mana pun yang membentuk “Poros Perlawanan” anti-Israel, yang mencakup Hizbullah dan Hamas dan dipimpin oleh Iran. Nasrallah mengatakan karena itu, Hizbullah baru ikut ke dalam konflik keesokan harinya.
Selama empat pekan, Israel telah melancarkan kampanye pengeboman tanpa henti di Gaza, menewaskan lebih dari 9.000 warga Palestina, termasuk lebih dari 3.000 anak-anak.
Sejauh ini, lebih dari 50 pejuang Hizbullah telah dibunuh oleh Israel, karena gerakan Syiah tersebut menargetkan pasukan Israel dan komunitas di Lebanon selatan. Nasrallah mengatakan ada 57 “martir” Lebanon.
"Mereka yang meminta Hizbullah untuk memasuki pertempuran penuh dengan musuh akan menganggap apa yang dilakukan sejauh ini sederhana," katanya.
Nasrallah mengeklaim tindakan Hizbullah sejauh ini telah memaksa sepertiga tentara Israel dan separuh angkatan lautnya diarahkan ke utara, bukan ke Gaza. Dia mengatakan 43 kota dan desa di Israel telah mengevakuasi warga sipilnya.
Nasrallah memuji upaya paramiliter Irak, yang telah menyerang pangkalan AS di Irak dan Suriah, dan gerakan Houthi di Yaman, yang telah menembakkan roket dan drone ke Israel. Dia mengatakan kemungkinan terjadinya eskalasi penuh di lini depan Lebanon adalah “realistis”.
Namun dia memperingatkan Israel bahwa jika mereka melakukan operasi besar di Lebanon, “Anda akan melakukan kebodohan terbesar dalam sejarah”.
“Semua opsi ada di meja depan Lebanon,” kata Nasrallah. "Jika Israel terus menargetkan warga sipil di Lebanon, maka kami akan kembali membela warga sipil."