Sabtu 04 Nov 2023 06:04 WIB

OJK: Sektor Perbankan Tangguh dengan Risiko Kredit Terjaga

Permodalan perbankan tetap solid ditinjau dari CAR industri perbankan yang tinggi.

Rep: Novita Intan/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar (kiri) dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (3/11/2023).
Foto: (ANTARA/Aloysius Lewokeda)
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar (kiri) dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (3/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan sektor perbankan menunjukkan resiliensi dengan permodalan yang tinggi dan kinerja intermediasi secara positif. Permodalan perbankan tetap solid ditinjau dari capital adequacy ratio (CAR) industri perbankan yang tinggi sebesar 27,41 persen. 

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan fungsi intermediasi perbankan berjalan secara baik dalam menopang perekonomian, baik dari sisi pembiayaan (perkreditan) maupun dalam penghimpunan dana. Per September 2023, pertumbuhan kredit sebesar 8,96 persen yoy menjadi Rp 6.837,30 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 11,19 persen yoy. 

Baca Juga

Dari sisi lain, pertumbuhan dana pihak ketiga per September 2023 meningkat sebesar 6,54 persen yoy atau menjadi sebesar Rp 8.147,17 triliun, dengan kontribusi terbesar dari giro tumbuh 9,84 persen yoy.

“Likuiditas industri perbankan per September 2023 dalam level yang memadai dengan risiko kredit yang terjaga. Rasio alat likuid/noncore deposit (AL/NCD) dan alat likuid/DPK (AL/DPK) berada pada 115,37 persen dan 25,83 persen, masih jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen,” ujarnya saat konferensi pers KSSK di Gedung Bank Indonesia, Jumat (3/11/2023).

Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio non performing loan (NPL) neto perbankan sebesar 0,77 persen dan NPL bruto sebesar 2,43 persen. Pemulihan ekonomi yang terus berlanjut mendorong penurunan kredit restrukturisasi Covid-19 per September 2023 sebesar Rp 9,17 triliun menjadi Rp 316,98 triliun, dengan jumlah nasabah yang menurun menjadi 1,32 juta nasabah.

“Meningkatnya volatilitas dan persepsi risiko di pasar keuangan global berpengaruh terhadap kinerja pasar modal domestik, namun penghimpunan dana melalui pasar modal tetap positif,” ucapnya.

Per 27 Oktober 2023 kinerja indeks harga saham gabungan sebesar 1,34 persen ytd. Investor nonresiden mencatatkan outflow di pasar saham sebesar Rp 11,61 triliun ytd. Sementara itu, tren pertumbuhan jumlah investor pasar modal terus berlanjut yang mencapai 11,86 juta investor. 

Penghimpunan dana korporasi melalui pasar modal masih melanjutkan tren positif, dengan nilai penghimpunan dana per 27 Oktober 2023 sebesar Rp 204,14 triliun, termasuk oleh 68 emiten baru. Adapun pencapaian ini telah melampaui target emisi penghimpunan dana di pasar modal pada 2023, sebesar Rp 200 triliun.

Pada sektor industri keuangan nonbank, industri asuransi dan dana pensiun menunjukkan kinerja yang positif. Secara umum permodalan industri asuransi terjaga, dengan industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencatatkan risk based capital di atas threshold masing-masing sebesar 451,23 persen dan 308,97 perse. Sementara itu, dana pensiun juga tercatat mengalami pertumbuhan aset sebesar 6,85 persen yoy dengan nilai aset sebesar Rp 360,62 triliun.

Pada perusahaan pembiayaan, pertumbuhan piutang pembiayaan masih level yang tinggi dengan profil risiko yang terkendali. Piutang pembiayaan tumbuh sebesar 15,42 persen yoy per September 2023, didukung pembiayaan modal kerja dan multiguna yang masing-masing tumbuh 26,46 persen yoy dan 13,79 persen yoy. Profil risiko perusahaan pembiayaan terjaga dengan rasio non-performing financing neto sebesar 0,68 persen dan non-performing financing bruto sebesar 2,59 persen. Gearing ratio perusahaan pembiayaan sebesar 2,23 kali, jauh di bawah batas maksimum 10 kali. 

Sementara itu, pada fintech peer to peer (P2P) lending, pertumbuhan outstanding pembiayaan per September 2023 meningkat menjadi 14,28 persen yoy, dengan nominal sebesar Rp 55,70 triliun dan penyaluran kepada pelaku UMKM sebesar Rp 20,37 triliun atau 36,54 persen dari total pembiayaan P2P. Adapun tingkat risiko kredit secara agregat (TWP90) turun menjadi 2,82 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement