Sabtu 04 Nov 2023 16:00 WIB

Kisah Pejuang Palestina Bergelar Pencipta Mati Syahid

Mahnad Ath-Thahir belajar bagaimana cara melempar batu sampai mahir.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Bendera Palestina. Ilustrasi
Foto: Reuters
Bendera Palestina. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mahnad Ath-Thahir lahir pada tahun 1976 di kota Nablus, Palestina. Ketika berkobar Intifadhah (perjuangan rakyat Palestina) pada 8 Desember 1987, usianya masih sebelas tahun. 

Mahnad Ath-Thahir belajar bagaimana cara melempar batu sampai mahir. Karena kemahirannya dalam melempar batu, teman-temannya merasa iri terhadapnya. 

Baca Juga

Mahnad Ath-Thahir selalu mampu melempar batu dengan tepat ke arah pasukan Israel yang dilengkapi dengan persenjataan yang lengkap.

Kemudian, Mahnad Ath-Thahir bergabung dengan kelompok militer yang dibentuk oleh Mahmud Abu Hunud dan Khalil Syarif. Kelompok tersebut berada di bawah organisasi pergerakan Hamas. 

Di dalam kelompok militer tersebut, Mahnad Ath-Thahir berperan sebagai ahli perakit bom. Orang-orang menjulukinya dengan nama Pencipta Mati Syahid.

Dalam buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah yang ditulis Syaikh Muhammad Sa'id Mursi dan diterjemahkan Khoirul Amru Harahap Lc dan Achmad Faozan Lc serta diterbitkan ulang Pustaka Al-Kautsar 2007. Dikisahkan, belum genap setahun Mahnad Ath-Thahir bergabung dengan kelompok militer tersebut, dia sudah menjadi Insinyur ahli perakit bom yang keempat. Sebelumnya sudah ada tiga orang perakit bom. Mereka adalah Yahya Ayyasy, Adil Iwadullah dan Muhammad Abu Hunud yang telah mendahuluinya mati syahid di jalan Allah.

Karena alasan investigasi, Mahnad Ath-Thahir pernah ditahan oleh Pemerintah Israel selama dua bulan. Kemudian dia dipenjara oleh pemerintah Palestina di penjara Janid selama tiga tahun. 

Dia dibebaskan setelah berkecamuknya perlawanan Masjid Al-Aqsa yang terjadi pada tanggal 28 September 2000. Perlawanan Masjid Al-Aqsa tersebut terjadi setelah adanya kunjungan Ariel Sharon (Perdana Menteri Israel) ke Masjid Al-Aqsa.

Sebelum kematian Mahnad Ath-Thahir sebagai syahid, selama dua setengah tahun dia menjadi target penangkapan Israel.

Pada 30 Juni 2002, sekitar jam lima sore, pasukan Israel sampai di rumah tempat tinggal Mahnad Ath-Thahir. Kedatangan pasukan Israel untuk menangkapnya. Rumah tempat tinggal Mahnad Ath-Thahir terletak di perkampungan penduduk yang terletak di sebelah timur laut kota Nablus. 

Mahnad Ath-Thahir dan teman perjuangannya yaitu Imad Druzah menolak untuk menyerahkan diri. Keduanya melakukan baku tembak dengan pasukan Zionis Israel. Kejadian ini menyebabkan kematian Mahnad Ath-Thahir sebagai syahid bersama temannya.

Menteri Pertahanan Israel Binyamin Ben-Eliezer mengadakan jumpa pers pada 1 Juli 2002. Menteri Pertahanan Israel tersebut, menganggap terbunuhnya Mahnad Ath-Thahir adalah merupakan prestasi yang luar biasa yang diraih oleh pasukan Israel dalam serangannya. 

Dalam pengejarannya terhadap Mahnad Ath-Thahir, Israel menempatkan pasukannya di berbagai kota Tepi Barat. Israel menuduhnya bertanggung-jawab atas terbunuhnya 117 orang Israel. 

Mahnad Ath-Thahir adalah merupakan buronan nomor satu dari kelompok pergerakan Hamas di wilayah Nablus.

Perdana Menteri Israel Ariel Sharon menganggap terbunuhnya Mahnad Ath-Thahir adalah merupakan prioritasnya. Pemerintah Israel menganggap Mahnad Ath-Thahir adalah pemikir dan otak di balik serangkaian kejadian bom bunuh diri di wilayah Israel. 

Ariel Sharon memprediksi bahwa terbunuhnya Mahnad Ath-Thahir adalah merupakan pukulan yang sangat telak bagi kelompok Hamas. Dia juga menganggap terbunuhnya Mahnad Ath-Thahir adalah kemenangan dan juga sekaligus prestasi yang besar bagi pasukan Israel.

Setelah wafatnya Mahnad Ath-Thahir, ibunya mengatakan bahwa dirinya sedikit pun tidak pernah membayangkan jika anak bungsunya yang pendiam itu berubah menjadi seorang pahlawan yang agung. Dia merupakan sebagian kecil dari orang-orang yang mampu menyebabkan kematian orang Israel dalam jumlah yang sangat besar.

Ibu Mahnad Ath-Thahir berkata bahwa apa yang dia dengar dari pernyataan orang-orang Israel menjadikan rasa bangga tersendiri bagi dirinya. Dia bangga karena telah berhasil mendidik anak-anaknya mencintai Tanah Air dan syahid. Ayah anak-anaknya sudah wafat lima tahun yang lalu.

Mahnad Ath-Thahir pernah menulis sebuah pesan. Dalam pesannya itu dia berkata, “Kapan saja saya gugur sebagai syahid itu adalah merupakan hadiah bagi Palestina dan Masjid Al-Aqsa yang mulia.” 

Dalam pesannya tersebut, Mahnad Ath-Thahir juga berharap untuk dikuburkan di samping gurunya yaitu Syaikh Jamal Manshur. Syaikh Jamal Manshur adalah salah satu pimpinan Hamas yang gugur sebagai syahid bersama enam orang lainnya pada tahun 2001.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement