Sabtu 04 Nov 2023 21:50 WIB

Indonesia Jadi Pemasok Utama CPO Bagi India

Ketergantungan India terhadap impor minyak nabati saat ini mencapai 65 persen.

Red: Fuji Pratiwi
Pekerja menurunkan Tandan Buah Segar (TBS) sawit dari atas mobil di Desa Lemo - Lemo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Sabtu (2/7/2022).
Foto: ANTARA/Akbar Tado
Pekerja menurunkan Tandan Buah Segar (TBS) sawit dari atas mobil di Desa Lemo - Lemo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Sabtu (2/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Solvent Extractor’s Association of India atau SEA of India mengatakan Indonesia merupakan salah satu pasar pengimpor komoditas minyak sawit untuk memenuhi kebutuhan konsumsi negara mereka.

"Komoditas utama yang diimpor adalah minyak sawit, di mana 60 persen mayoritas diperoleh dari Indonesia, Malaysia dan sebagian dari Thailand," kata Executive Director SEA of India B V Mehta dalam acara Indonesia Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook (IPOC) ke-19 di Bali, kemarin.

Baca Juga

Menurut dia, ketergantungan terhadap impor minyak nabati di negaranya saat ini mencapai 65 persen dan ini cukup mengkhawatirkan. Saat produksi minyak nabati meningkat perlahan, permintaan meningkat pesat menyebabkan terjadi peningkatan impor.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengatakan, peluang ini perlu dimanfaatkan pelaku industri sawit dalam negeri maupun pemerintah dalam meningkatkan devisa negara dari sektor sawit. Kinerja industri sawit dalam negeri hingga Agustus 2023, produksi mencapai 36,3 juta ton dengan ekspor biodiesel dan oleochemical lebih dari 23,4 juta ton yang memberikan kontribusi sekitar 20,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap devisa negara .

Ia berharap, intervensi kebijakan pemerintah yang tepat dapat membantu meningkatkan pertumbuhan kegiatan industri kelapa sawit di tengah dinamika ekonomi dan pasar saat ini. "Kami melihat adanya volatilitas harga minyak sawit dikombinasikan dengan produktivitas yang stagnan. Faktor-faktor tersebut mengindikasikan adanya ketidakpastian dalam perdagangan global, sehingga ketahanan bisnis perlu ditingkatkan," tuturnya.

Di sisi lain, Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar mengalami stagnasi produksi beberapa tahun terakhir yang dipicu lambatnya penanaman kembali oleh petani. Melalui kebijakan yang saat ini diterapkan pemerintah melalui program replanting atau peremajaan sawit, dapat menjadi atmosfer baru bagi sektor industri sawit dalam negeri, maupun untuk kebutuhan ekspor berkelanjutan.

"Minyak sawit tidak hanya diolah menjadi minyak goreng, saat ini pemerintah mengembangkan minyak sawit menjadi bahan bakar ramah lingkungan jenis biodiesel 35 persen atau B35 dengan capaian angka produksi 8,9 juta kilo liter hingga September 2023," ungkap Eddy.

Ia menambahkan selain India, Pakistan dan China juga menjadi pasar tetap ekspor terbesar minyak sawit Indonesia. Negara-negara yang menjadi konsumen produk kelapa sawit dalam negeri berharap Pemerintah Indonesia mempermudah ekspor komoditas tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement