Sabtu 04 Nov 2023 23:40 WIB

Indonesia Diminta Pikir Ulang Jika Mau Genjot Bioenergi Sawit

Sebab produksi sawit RI diprediksi turun dan RI lebih baik fokus replanting dulu.

Red: Fuji Pratiwi
Pekerja mengumpulkan sawit di salah satu tempat pengepul di Jalan Mahir Mahar, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (26/4/2022).
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Pekerja mengumpulkan sawit di salah satu tempat pengepul di Jalan Mahir Mahar, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (26/4/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- CEO dan Founder Transgraph Nagaraj Meda mengatakan peningkatan konsumsi industri minyak nabati secara global didorong oleh Amerika Serikat dan Indonesia.

Menurut dia, kebijakan Indonesia untuk melanjutkan implementasi biodiesel B35 dan akan ditingkatkan menjadi B40 pada 2024 akan meningkatkan konsumsi minyak sawit hingga 12,45 juta metrik ton dan peningkatan investasi terhadap energi terbarukan. "Ini juga akan meningkatkan konsumsi minyak nabati di Amerika Serikat," kata Meda pada Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Badung, Bali, Sabtu (4/11/2023).

Baca Juga

Dia menyampaikan, pemerintah Indonesia harus memikirkan kembali rencana implementasi B40 di tengah tren produksi yang menurun. Pemerintah Indonesia diminta lebih fokus pada pendanaan program peremajaan kebun untuk meningkatkan produksi nasional.

Peneliti minyak nabati global dari Oil World Thomas Mielke mengatakan produksi sawit dunia diprediksi akan mengalami penurunan selama 10 tahun ke depan dengan rata-rata hanya 1,7 juta ton per tahun hingga 2030. Berbeda dengan kondisi sebelumnya, yakni periode 2010 hingga 2020 di mana kenaikan produksi rata-rata mencapai 2,9 juta ton.

Thomas menjabarkan sebanyak 20 persen kebutuhan oils dan fats dunia digunakan untuk sektor energi terbarukan, seperti biodiesel. Produksi biodiesel pada 2023 mengalami kenaikan hingga 57 juta ton dan sebanyak 10,5 juta ton di antaranya adalah produksi biodiesel Indonesia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement