Ahad 05 Nov 2023 16:21 WIB

Benarkah Aksi Warga Indonesia Boikot Produk Pro-Israel tak Beri Pengaruh?

Pakar marketing menilai boikot tak efektif karena Indonesia tidak impor produk Israel

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Peserta membawa poster boikot McD saat mengikuti aksi damai Indonesia Turun Tangan Bantu Palestina di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Sabtu (21/10/2023). Aksi damai bantu Palestina kali ini diikuti oleh pelajar, santri, dan mahasiswa di Yogyakarta. Pada aksi ini mereka mengutuk kebiadaban Israel usai mengebom rumah sakit yang menewaskan 500 warga Palestina. Selain orasi juga dilakukan penggalangan dana bantuan dan ditutup dengan doa bersama bagi rakyat Palestina.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Peserta membawa poster boikot McD saat mengikuti aksi damai Indonesia Turun Tangan Bantu Palestina di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Sabtu (21/10/2023). Aksi damai bantu Palestina kali ini diikuti oleh pelajar, santri, dan mahasiswa di Yogyakarta. Pada aksi ini mereka mengutuk kebiadaban Israel usai mengebom rumah sakit yang menewaskan 500 warga Palestina. Selain orasi juga dilakukan penggalangan dana bantuan dan ditutup dengan doa bersama bagi rakyat Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ajakan untuk memboikot produk-produk yang berkaitan dengan Israel serta Amerika Serikat (AS) terus menggema melalui media sosial. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina yang saat ini tengah menghadapi serangan bertubi-tubi dari tentara Israel. 

Pakar Marketing Kafi Kurnia menilai aksi boikot tidak efektif karena produk Israel tidak memiliki merek terkenal secara global. Hal ini mengingat sejumlah negara, imbauan boikot tersebut bahkan berdampak pada beberapa merek terkemuka seperti Starbucks, McDonald's hingga Coca-Cola. 

Baca Juga

“Kita tidak punya diplomatik dengan Israel, setahu saya kita tidak impor barang Israel jadi menurut saya konsumen sangat sulit boikot Israel,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Ahad (5/11/2023).

Menurutnya Israel tidak memiliki global brand kalau punya sangat mudah, jadi awareness Indonesia juga tidak punya sama sekali, jadi aksi boikot sangat susah dan efektif“Merk yang global dari Amerika, negara apa dan berapa banyak sentimen berapa banyak kalau sedikit tidak efektif, mereka kecanduan Starbuck seminggu dua minggu bisa boikot dan seterusnya tidak mau mungkin sembunyi-sembunyi,” ucapnya.