REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Puluhan ribu orang berkumpul di ibu kota Amerika Serikat (AS) untuk menuntut gencatan senjata di Gaza. Para pengunjuk rasa di Washington, DC, AS, pada Sabtu (4/11/2023) mengarahkan kemarahan kepada Presiden AS Joe Biden karena mendukung genosida yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina.
“Biden, Biden, kamu tidak bisa bersembunyi; kami menuduh Anda melakukan genosida,” teriak para pengunjuk rasa.
Para ahli di PBB telah memperingatkan meningkatnya risiko genosida di Gaza di tengah pengeboman tanpa henti yang dilakukan Israel terhadap wilayah tersebut. Konvensi Genosida PBB mendefinisikan genosida sebagai tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan, secara keseluruhan atau sebagian, suatu kelompok nasional, etnis, ras atau agama, termasuk pembunuhan dan tindakan untuk mencegah kelahiran.
Pemerintahan Biden telah mendesak Israel untuk meminimalkan korban sipil. Namun Biden juga tidak mengambil tindakan untuk gencatan senjata. Biden telah meminta bantuan lebih dari 14 miliar dolar AS kepada Kongres untuk membantu mendanai perang Israel di Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, sedikitnya 9.488 warga Palestina telah meninggal dunia akibat serangan Israel.
Banyak pengunjuk rasa pada Sabtu menyerukan diakhirinya bantuan AS kepada Israel. Demonstrasi tersebut membentang beberapa blok dari Freedom Plaza, dekat Gedung Putih, ke arah timur menuju Gedung Capitol.
Seorang pengunjuk rasa keturunan Palestina, Nidaa mengatakan, keluarganya di Gaza terus-menerus mengalami pengeboman. Mereka tidak bisa bersembunyi karena tidak ada tempat yang aman di seluruh wilayah Gaza.
“Hentikan perang. Hentikan pengeboman. Hentikan genosida di Gaza, itulah pesan nomor satu yang kami sampaikan hari ini, dan saya berharap pemerintah akan mendengarkan kami. Saya berharap masyarakat kami di Gaza, di Palestina pada umumnya, mengetahui bahwa kami ada di sini. Mudah-mudahan, mereka akan mendengar suara kami setidaknya untuk sedikit menghibur mereka bahwa mereka tidak sendirian," ujar Nidaa.
Seorang advokat keturunan Yaman-Amerika, Huda Alkuraey melakukan perjalanan ke Washington, DC dari Florida Selatan untuk bergabung dalam protes tersebut. Dia menyuarakan kemarahannya terhadap reaksi AS dan internasional terhadap genosida di Gaza.
“Warga Palestina belum mendapatkan kebebasan selama lebih dari 70 tahun. Dan inilah saatnya kita menyuarakan pendapat kita, dan mulai memberi tahu dunia bahwa hal ini tidak benar," kata Alkuraey, dilansir Aljazirah, Ahad (5/11/2023).
Aktivis Yahudi-Amerika, David Horowitz menekankan perlunya gencatan senjata. Dia menyebut pembantaian di Gaza sebagai kekejian. Dia juga mengecam seruan pemerintahan Biden untuk melakukan jeda kemanusiaan karena dianggap tidak cukup.
Seorang penyintas peristiwa Nakba, Siham Alfred menyatakan ketakutannya atas potensi pengungsian warga Palestina keluar dari Gaza. Alfred dipaksa keluar dari rumahnya saat masih kecil selama peristiwa Nakba pada 1948 yang akhirnya menyebabkan berdirinya negara Israel.
“Sayang sekali, mereka rasis. Mereka tidak percaya bahwa orang Palestina setara dengan orang Israel. Saya tidak akan pernah memilih Biden. Dia pengecut dan penjahat," ujar Alfred.