Ahad 05 Nov 2023 18:09 WIB

Konflik Palestina-Israel, Menlu AS Hadapi Gelombang Kemarahan dari Menlu Negara Arab

Serangan Israel telah memicu protes anti-Israel di seluruh dunia.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (Kiri) bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas (kanan) di kota Ramallah, Tepi Barat, 5 November 2023.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (Kiri) bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas (kanan) di kota Ramallah, Tepi Barat, 5 November 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pengeboman Israel yang tanpa henti di atas tanah Gaza tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Bahkan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menghadapi gelombang kemarahan dari para menteri luar negeri Arab yang mendesak gencatan senjata.

Berbicara pada konferensi pers di Amman, tentang menyelamatkan warga sipil dan mempercepat pengiriman bantuan, diplomat tinggi AS tersebut mengatakan, Amerika Serikat percaya bahwa semua upaya ini akan difasilitasi oleh jeda kemanusiaan.

Baca Juga

Dilansir dari New Arab, Ahad (5/11/2023), media lokal melaporkan Blinken meminta komentar dari para menteri luar negeri Arab untuk menggambarkan serangan Israel sebagai tindakan membela diri. Ini tentu saja mendapatkan penolakan yang keras. Sebaliknya, mereka berulang kali menyerukan gencatan senjata segera.

Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mendesak semua pihak untuk bekerja sama, dalam menghentikan bencana yang akan menghantui kawasan ini selama beberapa generasi. Pasukan Israel telah mengepung kota terbesar Gaza selama berhari-hari, setelah berminggu-minggu melakukan serangan udara yang telah menewaskan lebih dari 9.488 warga Palestina, termasuk 3.900 anak-anak.

Serangan-serangan tersebut telah memicu protes anti-Israel di seluruh dunia, dan oposisi politik dari kekuatan-kekuatan utama di kawasan, termasuk Turki yang berpengaruh, yang pada hari Sabtu menarik duta besarnya dari Israel. Nada bicara Turki mengeras terhadap Israel dan para pendukungnya di Barat, khususnya Amerika Serikat, ketika pertempuran meningkat dan jumlah korban tewas di kalangan warga sipil Palestina melonjak.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan secara terpisah mengatakan kepada wartawan bahwa dia menganggap Netanyahu secara pribadi bertanggung jawab atas meningkatnya jumlah korban warga sipil di Jalur Gaza.

“Netanyahu bukan lagi seseorang yang dapat kami ajak bicara. Kami telah mengabaikannya,” kata Erdogan yang dikutip media Turki.

Dia menambahkan Turki tidak dapat sepenuhnya memutuskan hubungan dan berharap dapat membantu memediasi diakhirinya perang melalui kepala intelijennya. Blinken dijadwalkan melakukan kunjungan dua hari ke Turki mulai Ahad, di mana ia akan menggarisbawahi pentingnya melindungi kehidupan warga sipil di Israel dan Jalur Gaza, kata Departemen Luar Negeri AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement