REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Israel mengatakan Hamas tidak bisa lagi dibiarkan menguasai Gaza setelah serangan mendadak mereka pada 7 Oktober lalu. Amerika Serikat (AS) mendukung sentimen Israel tersebut.
Dalam langkah paling langsung AS sejak 7 Oktober lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas hawa Otoritas Palestina harus memainkan peran sentral pada masa depan Gaza. Kantor berita Reuters mengutip sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya.
"Masa depan Gaza bukan fokus dari pertemuan tersebut tapi tampaknya Otoritas Palestina bersedia memainkan peran," kata sumber tersebut, Ahad (5/11/2023).
Pernyataan tersebut muncul ketika Blinken melakukan kunjungan kedua kalinya ke Israel dan Palestina sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober lalu. Abbas dan Blinken dilaporkan berbicara selama sekitar satu jam di Ramallah tetapi tidak berbicara kepada media, seperti yang dilakukan Blinken pada perjalanan regionalnya sebelumnya.
Blinken mengatakan Washington berkomitmen untuk memberikan bantuan ke Gaza dan memulihkan layanan penting setelah Israel memutus akses terhadap makanan, air, dan listrik di daerah kantong yang terkepung itu.
Namun, AS juga menolak gencatan senjata, dan hanya mendukung “jeda ” untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan dan mengizinkan sebagian warga keluar dari Gaza melalui perbatasan Rafah yang dikuasai Mesir.
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan Otoritas Palestina hanya dapat kembali berkuasa di Jalur Gaza bila ada "solusi politik komprehensif" dalam konflik Israel-Palestina.
Dikutip dari Aljazirah, Senin (6/11/2023) Abbas bertemu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken yang sedang berkunjung ke Timur Tenggah saat operasi mematikan Israel ke Gaza sudah berlangsung hampir satu bulan.
"Kami akan sepenuhnya memikul tanggung jawab sesuai dengan kerangka kerja solusi politik komprehensif yang termasuk seluruh (daerah pendudukan) Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur dan Jalur Gaza," kata Abbas pada Blinken seperti dikutip kantor berita Palestina Wafa.
Washington, Uni Eropa dan beberapa negara lain menganggap Hamas sebagai kelompok "teroris." Hamas merupakan saingan Partai Fatah yang berkuasa di Otoritas Palestina. Kelompok itu mengambilalih Gaza dari Otoritas Palestina pada tahun 2007 setelah dihalangi menjalankan kekuasaan meski memenangkan pemilihan umum sebelumnya.
Israel menarik pasukan dan permukim dari Gaza pada 2005 tapi memberlakukan blokade di daerah pesisir setelah Hamas mengambil alih kekuasaan. Blinken melakukan kunjungan mendadak ke Tepi Barat sementara Israel terus membombardir Gaza di mana total korban jiwa akibat serangan-serangan Israel mencapai hampir 10 ribu orang termasuk anak-anak.
Pasukan Israel juga melanjutkan pergerakan untuk masuk ke Gaza, terlibat baku tembak dengan pejuang Hamas. Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak mempedulikan seruan gencatan senjata.