REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih mengatakan lebih dari 300 warga Amerika Serikat (AS) dan keluarga mereka dikeluarkan dari Gaza. Tapi masih terdapat warga AS yang berada di permukiman yang dikepung tersebut dan negosiasi untuk membebaskan para sandera yang ditawan Hamas berjalan sulit.
Deputi penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jonathan Finer mengatakan warga AS termasuk sandera yang dibebaskan Hamas. Dalam program stasiun televisi CBS "Face the Nation" Ahad (5/11/2023) Finer mengatakan sejumlah warga AS ingin keluar dari Gaza tapi ia tidak menyebutkan jumlahnya.
Pekan lalu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan terdapat 400 warga AS dan anggota keluarga mereka yang ingin keluar dari Gaza. Total warga AS di kantong pemukiman tersebut sekitar 1.000 orang.
Sejak Sabtu (4/11/2023) lalu evakuasi warga Gaza yang terluka dan pemegang paspor asing melalui penyeberangan Rafah ke Mesir telah ditangguhkan. Namun para pejabat Mesir, AS, dan Qatar mengatakan bahwa ada upaya untuk melanjutkan penyeberangan.
Sejak Hamas menggelar serangan mendadak 7 Oktober lalu Israel membombardir Gaza. Hampir 10 ribu orang Palestina tewas dalam serangan itu.
Fine mengatakan negosiasi untuk membebaskan sandera yang ditawan Hamas berjalan sulit. "Negosiasi-negosiasi itu berlangsung secara diam-diam di belakang layar," katanya.
"Negosiasi memakan waktu lebih lama dari yang kita inginkan, namun kami tetap yakin ada kemungkinan untuk membebaskan sejumlah besar sandera," tambah Finer.
Pekan lalu Presiden Joe Biden berbicara tentang perlunya jeda dalam konflik untuk memungkinkan para sandera keluar. Gedung Putih mengatakan mendukung "jeda kemanusiaan" untuk memungkinkan pengiriman bantuan ke Gaza.
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 9.770 warga Palestina terbunuh serangan Israel. Israel mengatakan mereka mengarahkan serangannya ke Hamas, bukan warga sipil, dan menuduh kelompok tersebut menggunakan mereka sebagai perisai manusia.