REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Masalah kesehatan mental saat ini sering kali dibahas di tengah masyarakat, terlebih di kalangan anak-anak muda. Merasa punya masalah paling berat di dunia seolah tidak ada orang yang pernah mengalami kesulitan lebih parah darinya.
Dalam Islam, terdapat cara mengatasi masalah kesehatan, jiwa maupun pikiran yang stres. Ibnu Qoyyim Al Jauziyah telah membahas hal itu dalam kitab terkenalnya, Al Thibun Nabawi. Dia menjelaskan tentang cara melakukan pengobatan jiwa.
Bagi Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, pemahaman terhadap masalah kejiwaan adalah hal yang harus terlebih dulu dimiliki sebelum terjun dalam dunia pengobatan. Karena, mengobati jiwa merupakan pokok untuk menyembuhkan penyakit jasmani. Dengan demikian, kesehatan fisik dan jiwa memiliki kaitan erat.
Ibnu Qoyyim mengatakan, seorang tabib harus menyelami perasaan dan kejiwaan seseorang. Harus membuat kuat perasaannya, dan mendorong si pasien untuk melakukan amalan-amalan ibadah dan kebajikan. Mendorongnya untuk bersedekah, bertaubat, dan mendekatkan diri kepada Allah. Juga harus mengingatkan mereka akan adanya akhirat.
"Ketika cara ini berhasil, maka orang yang sakit itu akan menemukan kesadarannya. Namun ini kembali pada kondisi mental setiap orang. Bila keyakinannya kuat, maka dia akan cepat meraih kesembuhan," demikian penjelasan Ibnu Qoyyim.
Lebih lanjut, Dr Najib Kailany menyampaikan penjelasan dalam 'Fii Rihaab Al Thibbin Nabawy', yang telah diterjemahkan oleh M. A. Wakid terbitan Pustaka Mantiq tahun 1994 dengan judul 'Pengobatan Ala Nabi'.
Dia menjelaskan, jasmani tidak bisa dipisahkan dengan jiwa. Pengobatan dengan cara memberi semangat dan keyakinan bahwa kesembuhannya sudah di ambang pintu ini sangat penting. Pasien harus dibuat selalu optimistis dan diberi kekuatan hati atas kesembuhan.
Dalam hadits riwayat Abi Said Al Khudri RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِذَا دَخَلْتُمْ عَلَى الْمَرِيضِ فَنَفِّسُوا لَهُ فِي الْأَجَلِ فَإِنَّ ذَلِكَ لَا يَرُدُّ شَيْئًا وَهُوَ يَطِيبُ بِنَفْسِ الْمَرِيضِ
"Kalau kalian menjenguk orang sakit maka berilah dia semangat dalam menghadapi ajal. Meski tidak bisa mengobati, ini akan mengobati jiwa yang sakit." (HR. Ibnu Majah)
Hadits tersebut menekankan pentingnya menghibur orang sakit dengan menggembirakan hatinya. Sebab ini akan berpengaruh terhadap kesembuhan, atau setidaknya meringankan penderitaanya. Caranya dengan menyampaikan kata-kata yang mengandung optimisme atas kesembuhannya. Karena suasana kejiwaan akan mendorong pemulihan fisik atau jasmaninya.
Dalam hal mengatasi masalah kesehatan mental atau pengobatan jiwa, Kailany menyampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki terobosan jitu, yaitu anjuran beliau SAW untuk menikah. Dengan menikah maka akan terjadi saling timbang rasa dan saling mencurahkan cinta.
Nabi SAW juga telah mengajarkan tentang puasa. Pengaruh puasa begitu besar terhadap pendidikan pribadi. Puasa bisa melatih kedisiplinan dan taat pada syariat serta sebagai sarana untuk menurunkan dorongan syahwat.
Fisiknya akan berlatih untuk menghadapi situasi kekurangan, sabar dalam penderitaan dan tidak rakus. Perut pun akan ada dalam keadaan istirahat. Dengan puasa, seseorang akan menjadi sehat, dan dia akan terhindar dari nafsu seta yang merusak.
Selain puasa, ibadah-ibadah lain, seperti zakat, sholat, tidak menggunjing, dan menjauhi perbuatan maksiat lainnya, juga merupakan sarana untuk menunjang sehatnya mental ataupun jiwa.