Senin 06 Nov 2023 13:27 WIB

Masyarakat Masih Keluhkan Integrasi Kereta Cepat, Ini Kata DPRD Jabar

Warga masih keluhkan belum adanya integrasi moda transportasi kereta cepat.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Nora Azizah
Anggota Komisi IV DPRD Jabar Fraksi Gerindra Daddy Rohanady.
Foto: Istimewa
Anggota Komisi IV DPRD Jabar Fraksi Gerindra Daddy Rohanady.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat (Jabar), Daddy Rohanady, mengaku menerima keluhan dari beberapa rekannya pengguna jasa layanan transportasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), yakni belum terintegrasinya moda transportasi. Daddy menjelaskan, keluhan tersebut terkait akses dari stasiun KCJB ke daerah perkantoran dengan menggunakan KCJB, waktu tempuh Jakarta-Bandung hanya sekitar 40 menit. 

Waktu tersebut memang hanya dari transit oriented development (TOD/stasiun) Halim ke TOD Tegalluar. Namun, dari Tegalluar ke Gedung Sate bisa membutuhkan waktu sekitar satu jam.

Baca Juga

"Beberapa kawan mengeluhkan tentang sebuah paradoks ini. Menurut saya yang dikeluhkannya adalah sesuatu yang sangat wajar," ujar Daddy kepada Republika.co.id, Senin (6/11/2023).

Daddy mengatakan, isi keluhan tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Hal ini berkaitan dengan belum terintegrasinya moda transportasi.

"Saya lihat ada beberapa hal yang menyebabkan belum terintegrasinya moda transportasi tersebut," katanya.

Selepas dari TOD Tegalluar, kata dia, jalur yang dilalui menuju ke arah Gedung Sate memang masih banyak yang sempit sehingga laju kendaraan pun pasti lebih lambat. Sebenarnya, kata dia, ada jalur pilihan melalui jalan tol. Namun, sebelum masuk tol, tetap saja harus mengular masuk ke kawasan kompleks perumahan Summarecon.

"Sebelum memasuki kawasan itu, lagi-lagi jalurnya masih cukup sempit," ujarnya.

Menurutnya, jika jalur yang dipilih adalah masuk ke arah Jalan Soekarno-Hatta, bisa dipastikan jalur tersebut lebih macet lagi. Sebelum sampai ke Jalan Soekarno-Hatta saja, setelah keluar dari kawasan Summarecon, jalannya sudah mulai menyempit. 

"Belum lagi ketika kita berpapasan dengan para pengunjung Masjid Raya Al-Jabbar. Selain jalannya masih sempit, jalur ini sudah cukup padat penggunanya," katanya.

Selepas itu, kata dia, melalui Jalan Cimencrang bisa dipastikan tidak kalah macet. Jalan itu relatif  sempit, sedangkan kendraan yang melaluinya tidak pernah sepi. Sejak diresmikannya Majid Raya Al-Jabbar. Jalan Cimencrang memang semestinya sudah diperlebar mengingat volume kendaraan yang melewati jalur itu. 

Namun, kata dia, pembebasan lahan di wilayah perkotaan memang bukanlah hal yang mudah. Persoalan pembebasan lahan hampir selalu menjadi masalah klise di setiap kegiatan pembangunan. Padahal, jika Jalan Cimencrang sudah diperlebar, bisa dipastikan volume kendaraan ke dan dari Masjid Raya Al-Jabbar maupun TOD Tegalluar akan menjadi lebih lancar.

"Memasuki Jalan Soekarno-Hatta juga tidak bisa terlepas dari kemacetan," katanya.

Jalur itu, kata dia, memang sangat strategis mengingat fungsinya yang menjadi penghubung bagian timur menunju arah tengah atau pusat kota. Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa volume kendaraan di Jalan Soekarno-Hatta pasti lah padat. 

Di sepanjang kiri-kanan jalan tersebut berjejer berbagai perkantoran, kantor pemerintah, kantor partai, bisnis, supermarket, dan Markas Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Barat. Di belakangnya juga banyak sekali perumahan yang tentu saja jumlah rumahnya secara total menjadi ribuan. 

Menurut dia, kika kita menunju Gedung Sate dari Jalan Soekarno-Hatta, ada beberapa alternatif yang bisa digunakan melalui perempatan Jalan Kiara Condong dan bisa juga melalui perempatan Jalan Buah Batu. Namun, kata dia, bisa dipastikan, menjaleng kedua perempatan besar tersebut, akan dialami pemacetan yang cukup panjang. Bahkan, sebelum itu perjalanan akan terganggu dengan adanya kendaraan yang berputar arah.

"Lalu, masuk ke pusat Kota Bandung pun tidak kalah macet. Para pengguna jalan harus tahu betul jalur alternatif yang akan digunakan. Jika tidak, bisa dipastikan satu hal pasti akan terjebak beberapa kemacetan," ujarnya.

Oleh karena itu, Daddy menilai, memang dibutuhkan juga pengetahuan soal jalur mana yang macet dan jalur mana yang tidak atau kemacetannya tidak terlalu parah.

"Begitulah kita-kira kondisi yang akan dialami para penumpang KCJB selepas turun dari TOD Tegalluar. Masih ada beberapa jalan alternatif yang bisa digunakan. Paling tidak, gambaran singkat ini bisa menjadi gambaran dan membutuhkan solusi atas masalahnya," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement