Senin 06 Nov 2023 15:13 WIB

Myanmar Diguncang Pertempuran di Perbatasan

Pemerintah Cina meminta Myanmar bekerja sama untuk menjaga stabilitas di perbatasan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Pemerintah Cina meminta Myanmar bekerja sama untuk menjaga stabilitas di perbatasan
Foto: Transborder News via AP
Pemerintah Cina meminta Myanmar bekerja sama untuk menjaga stabilitas di perbatasan

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina meminta Myanmar bekerja sama untuk menjaga stabilitas di perbatasan kedua negara. Gelombang pertempuran di Myanmar antara pasukan junta dan pemberontak mengguncang wilayah tersebut.

“Myanmar diminta untuk bekerja sama dengan Cina untuk menjaga stabilitas di sepanjang perbatasan Cina-Myanmar, dengan sungguh-sungguh menjamin keselamatan nyawa dan harta benda penduduk perbatasan Cina dan mengambil langkah-langkah efektif untuk memperkuat keamanan personel Tiongkok,” kata Asisten Menteri Luar Negeri Cina Nong Rong.

Baca Juga

Pekan lalu, militer Myanmar yang berkuasa mengatakan, sedang berusaha memulihkan ketertiban di dekat perbatasan setelah aliansi tentara etnis minoritas melancarkan serangkaian serangan terkoordinasi terhadap sasaran junta. Situs berita Asia Times melaporkan, satu warga negara Cina terbunuh dan beberapa lainnya terluka pada akhir pekan lalu ketika sebuah peluru yang ditembakkan oleh militer Myanmar melampaui sasarannya dan mengenai sisi perbatasan Cina.

Nong mengatakan, Beijing berharap Naypyidaw akan memulihkan stabilitas. Cina mendukung semua pihak untuk menangani perbedaan dengan baik dan mencapai rekonsiliasi melalui dialog sesegera mungkin.

“Kami mendesak semua pihak untuk segera menghentikan pertempuran, menyelesaikan perbedaan secara damai melalui dialog dan konsultasi dan menghindari eskalasi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin.

Nong mendesak Myanmar untuk memperkuat keamanan institusi dan proyek Cina di negara itu. Dia telah melakukan perjalan ke Myanmar pada 3-5 November dan mengunjungi jaringan pipa gas alam sepanjang 793 km, bagian dari infrastruktur dan jaringan energi Belt and Road yang menghubungkan Pulau Ramree di pantai barat Myanmar dengan kota perbatasan Cina Ruili di Provinsi Yunnan.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta militer pada Februari 2021 yang menggulingkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi. Kelompok pemberontak pro-demokrasi di beberapa daerah telah bekerja sama dengan milisi etnis minoritas yang telah berkampanye selama beberapa dekade untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar guna melawan kekuatan junta.

Meskipun negara-negara Barat mengecam militer Myanmar dan menjatuhkan sanksi terhadap pemerintahan Myanmar saat ini, Cina bersama dengan Rusia mendukung para jenderal tersebut. Beijing mengatakan, pihaknya mendukung Naypyidaw dalam menemukan jalannya sendiri dan mendesak masyarakat internasional untuk menghormati kedaulatannya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement