REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejumlah daerah mulai diguyur hujan setelah berbulan-bulan menghadapi iklim kemarau ekstrem El Nino. Para petani di sentra-sentra penanaman menyampaikan, sebagian wilayah telah dapat memulai penanaman seiring kebutuhan air yang dapat terpenuhi.
Salah seorang petani yang tergabung dalam Serikat Petani Indonesia (SPI) Yogyakarta, Qomarunnajmi, menjelaskan, hujan mulai turun di wilayahnya dan membuat sawah-sawah kembali teraliri air hujan.
"Saat ini belum mulai menanam, tapi sudah mulai hujan. Mungkin sekitar dua pekan lagi baru penanaman dilakukan," kata Qomar kepada Republika, Senin (6/11/2023).
Ia menuturkan, bila dihitung dari musim panen, musim tanam padi kali ini mundur dalam jangka waktu satu bulan. Diproyeksikan, sentra-sentra padi di Yogyakarta akan memulai panen gabah paling cepat pada akhir Februari mendatang.
Qomarunnajmi pun memastikan, mundurnya musim tanam kali ini tidak akan berdampak pada kenaikan harga gabah nantinya. Berdasarkan tren, harga gabah hasil panen raya pada musim pertama justru mengalami penurunan karena merupakan periode puncak panen dan pasokan melimpah.
Sementera itu, Ketua SPI Kudus, Jawa Tengah, Wahyu Poleng, mengatakan, sebagian wilayah timur baru mau memasuki masa panen sementara daerah selatan masih belum bisa melakukan penanaman karena kekeringan. Namun, menurutnya, keberadaan embung-embung perdesaan saat ini cukup membantu petani untuk tetap dapat memperoleh air meskipun belum optimal.
"Kalau di tempat kami, masih belum panen (masa tanam), tapi tetap terbantu oleh wadung meskipun agak kering," ujar Wahyu.
Ia tak menampik, harga gabah saat ini memang cukup mahal yakni mencapai Rp 7.500 per kg. Kenaikan harga gabah yang cukup tinggi diketahui memang terjadi di seluruh wilayah sentra padi. Selain akibat biaya produksi yang naik, El Nino sedikit banyak memberikan dampak.
Akibat harga yang tinggi, alhasil, rata-rata harga beras di Kudus yang merupakan sentra padi juga naik menjadi Rp 12.500 per kg. Ia berharap, petani-petani yang akan memasuki masa panen saat ini bisa mendapatkan hasil optimal sehingga kebutuhan beras bisa diamankan sembari menunggu puncak panen dari wilayah lain.