Senin 06 Nov 2023 21:22 WIB

Ekonom: Genosida Israel jadi Ancaman Ekonomi Global Jika Terus Meluas

Saat ini dampak ke ekonomi masih relatif minim karena bukan mitra dagang utama.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Pria mengibarkan bendera Palestina saat unjuk rasa menentang perang terbaru Israel-Hamas dan mendukung rakyat Palestina di Gaza, di Mexico City, Minggu, 5 November 2023.
Foto: AP Photo/Ginnette Riquelme
Pria mengibarkan bendera Palestina saat unjuk rasa menentang perang terbaru Israel-Hamas dan mendukung rakyat Palestina di Gaza, di Mexico City, Minggu, 5 November 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembantaian atau genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina masih terus terjadi. Jika dibiarkan, bisa berdampak pula terhadap ekonomi global.

"Akan jadi besar (dampaknya) ke ekonomi, jika perangnya meluas. Lalu melibatkan negara-besar secara langsung, bukan secara proxy war atau tidak langsung," ujar Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal kepada Republika, Senin (6/11/2023).

Baca Juga

Saat ini, kata dia, Amerika Serikat (AS) memang mendukung Israel, namun sifatnya tidak langsung seperti menyuplai senjata. Maka tidak berdampak besar ke perekonomian dunia maupun Indonesia.

"Berdampak besar kalau direct conflict, negara lain dukung kedua pihak ini. Iran misal, langsung terlibat dampaknya besar, biasanya melalui jalur transmisi harga minyak," jelas dia.

Kini, sambungnya, harga minyak masih di bawah 90 dolar AS per barel. Saat ini, lanjut Faisal, dampak ke ekonomi masih relatif minim. Itu karena, Israel dan Palestina bukan negara yang berperan besar dalam perekonomian global. Bukan pula mitra dagang utama Indonesia.

Sebelumnya, Kepala Program Kebijakan Asia di Institut Diplomasi dan Hubungan Luar Negeri di Israel Abba Eban Gedaliah Afterman mengatakan sikap Cina menjadi pukulan telak bagi ekonomi Israel. Pasalnya, Cina selama ini menjadi mitra dagang terbesar kedua bagi Israel setelah Amerika Serikat (AS).

"Selama bertahun-tahun hubungan ekonomi Israel dengan Cina berjalan baik. Kini Cina menarik investasi senilai miliaran dolar ke industri dan infrastruktur teknologi tinggi," ujar Afterman dilansir dari South China Morning Post.

Ia menjelaskan sejumlah indikator yang menguatkan dukungan Cina terhadap Israel. Pertama, Cina tidak memberikan pernyataan mengecam para pejuang Hamas seperti yang diinginkan Israel. Kedua, Israel geram dengan langkah Cina yang memveto proposal draft resolusi AS di PBB untuk jeda kemanusiaan, bukan gencatan senjata secara penuh.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًاۗ تَتَّخِذُوْنَ اَيْمَانَكُمْ دَخَلًا ۢ بَيْنَكُمْ اَنْ تَكُوْنَ اُمَّةٌ هِيَ اَرْبٰى مِنْ اُمَّةٍ ۗاِنَّمَا يَبْلُوْكُمُ اللّٰهُ بِهٖۗ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ مَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, dan pasti pada hari Kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.

(QS. An-Nahl ayat 92)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement