REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) melakukan intervensi stabilisasi harga melalui fasilitas distribusi pangan dengan mengirim cabai dari daerah sentra Sulawesi Selatan (Sulsel) ke daerah defisit di Jakarta.
"Harga komoditas cabai yang mengalami kenaikan ini kita tekan dengan memfasilitasi pengangkutannya dari daerah-daerah yang masih berproduksi dan harganya relatif lebih rendah. Kita sudah identifikasi sentra cabai di luar Jawa seperti di Sulsel yang siap memasok ke wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya," kata Kepala NFA Arief Prasetyo Adi di Jakarta, kemarin.
Sebagai tahap awal, sebanyak 2,4 ton atau 80 koli cabai rawit merah telah dikirim dari petani di Sulawesi Selatan ke Jakarta pada Ahad (5/11/2023). Pengiriman logistik secara langsung difasilitasi oleh NFA guna intervensi harga cabai yang beberapa waktu ini mengalami kenaikan.
Menurut Arief, saat ini untuk komoditas cabai rawit merah mengalami lonjakan yang signifikan di beberapa titik karena mengalami penurunan produksi akibat El Nino serta belum memasuki panen raya.
"Dalam kondisi seperti saat ini tentunya kami di Badan Pangan Nasional kembali mengingatkan para kepala daerah untuk saling membangun kerja sama antar daerah sehingga cabai di wilayah sentra produksi dan harganya stabil dapat mendistribusikan cabai ke daerah defisit atau daerah dengan harga cabai yang tinggi," ujarnya.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa mengatakan segera setelah kedatangan cabai dari Sulsel, pihaknya bersinergi dengan Dinas KPKP DKI Jakarta, Dinas Perdagangan DKI Jakarta, Satgas Pangan, PD Pasar Jaya, IKAPPI dan PIKJ untuk melakukan intervensi langsung di lima pasar tradisional/pengecer di beberapa wilayah di Jakarta.
"Kedatangan tahap awal cabai dari Sulsel ini dipasok ke lima pasar tradisional/pengecer yaitu Pasar Inpres Senen 1 ton, Pasar Serdang 300 kg, Pasar Jembatan Lima 500 kg, Pasar Kemayoran, 300 kg dan Pasar Cipete sebanyak 300 kg. Selanjutnya Badan Pangan Nasional akan terus memasok cabai rawit merah ke pasar-pasar turunan sampai harga kembali normal," ungkap Ketut.
Adapun fasilitasi distribusi pangan cabai rawit, lanjutnya, akan dilakukan setiap hari dan selektif mengingat ketersediaan produksi dan pasokan yang terbatas. Sedangkan penetrasi ke pasar pengecer juga akan terus dilakukan ke pasar-pasar lainnya yang harganya tinggi dan/atau pasar mitra pedagang PIKJ.
Berdasarkan data Panel Harga Pangan NFA pada Senin (6/11), harga rata-rata nasional CRM di tingkat produsen sebesar Rp 54.910 per kg, berada di atas Harga Acuan Pembelian/Penjualan (HAP) sebesar Rp 25.000-Rp 31.500 per kg. Harga terendah Rp 38 ribu per kg di Sulawesi Selatan dan harga tertinggi Rp 68.750 per kg di Sulawesi Utara.
Sedangkan di tingkat konsumen harga rata-rata nasional Rp 75.774 per kg, lebih tinggi dibandingkan HAP Rp 40 ribu-Rp 57 ribu per kg. Adapun harga terendah Rp 50 ribu di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan harga tertinggi Rp 100.233 di Kepulauan Bangka Belitung.