Selasa 07 Nov 2023 14:33 WIB

Angka Diabetes di Indonesia Naik, Menkes Ingin Skrining Mulai di Level Posyandu

Angka kasus diabetes melitus di Indonesia capai 13 persen dari total jumlah penduduk.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Friska Yolandha
Pelajar menjalani pemeriksaan berat badan saat skrining penyakit tidak menular (PTM) di SMPN 21 Bandung, Babakan Ciparay, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Rabu (1/3/2023). Skrining penyakit tidak menular yang diprioritaskan untuk penyakit diabetes melitus, hipertensi dan mata tersebut bertujuan untuk deteksi dini serta pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular pada kelompok umur 15-19 tahun.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pelajar menjalani pemeriksaan berat badan saat skrining penyakit tidak menular (PTM) di SMPN 21 Bandung, Babakan Ciparay, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Rabu (1/3/2023). Skrining penyakit tidak menular yang diprioritaskan untuk penyakit diabetes melitus, hipertensi dan mata tersebut bertujuan untuk deteksi dini serta pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular pada kelompok umur 15-19 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut angka kasus diabetes melitus di Indonesia mengalami kenaikan, yakni sebanyak 13 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini terus meningkat karena gaya hidup atau pola makan seseorang.

"Diabetes kita itu naik. Catatannya kemarin 13 persen. Jadi, 13 persen dari 280 juta itu kan 35 jutaan dan diabetes itu mother of all deseases (ibu dari penyakit)," ujar Budi Gunadi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Selasa (7/11/2023).

Baca Juga

Karena itu, Budi menginginkan skrining sedini mungkin untuk mencegah semakin meningkatnya kasus diabetes. Hal ini agar pencegahan dan penanganan dilakukan bagi mereka yang memiliki risiko diabetes.

"Karena kalau sudah sekali kena susah, jadi saya sarankan yang dilakukan adalah kita masifkan skriningnya. Kita pengen kalau bisa skrining gula darah dilakukan di level posyandu. Kalau di atas 200 (gula darahnya) langsung kasih metformin," ujar Budi.

Selain skrining gula darah, Menkes juga mendorong dilakukan tes hemoglobin A1c (HbA1c) untuk mengetahui kadar rata-rata gula darah dalam tiga bulan terakhir. Kondisi seseorang dikatakan normal jika kadarnya berada di bawah 5,7 persen, untuk kadar HbA1c pada kisaran 5,7–6,4 persen maka masuk pasien prediabetes. Untuk kategori diabetes melitus jika kadar HbA1c 6,5 persen ke atas.

"Jadi, bukan hanya gula darah, tapi diukur HbA1c katanya lebih benar mengukur HbA1c jadi masalah timing. Karena HbA1c adalah rata-rata ya kita lihat. Saya dibilangin harus di bawah 5,7 kalau sudah 5,7 Hba1C-nya itu udah prediabetes, kalau di atas 6 atau 6 setengah itu artinya sudah diabetes," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement