Selasa 07 Nov 2023 15:36 WIB

Netanyahu Tegaskan Israel Ambil Alih Seluruh Gaza

Netanyahu mengatakan Israel akan memegang keamanan secara keseluruhan di Gaza

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Seorang pria Palestina berjalan melewati gedung-gedung yang hancur akibat pemboman pasukan zionis Israel di al-Zahra, di pinggiran Kota Gaza, Jumat (20/10/ 2023).  )
Foto: AP/Ali Mahmoud
Seorang pria Palestina berjalan melewati gedung-gedung yang hancur akibat pemboman pasukan zionis Israel di al-Zahra, di pinggiran Kota Gaza, Jumat (20/10/ 2023). )

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyarankan bahwa negaranya akan menjaga keamanan Gaza setelah perang dengan Hamas berakhir. Komentar Netanyahu muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bulan lalu memperingatkan Israel agar tidak melakukan pendudukan besar-besaran di Gaza.

Ketika ditanya dalam sebuah wawancara dengan ABC pada Senin (6/11/2023), siapa yang harus memerintah Gaza setelah perang, Netanyahu mengatakan ketika perang selesai, Israel akan memegang keamanan secara keseluruhan di Gaza untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Baca Juga

"Karena kita telah melihat apa yang terjadi jika kita tidak mempunyai tanggung jawab keamanan tersebut," kata Netanyahu.

Menurut Netanyahu, saat Israel tidak memegang keamanan, justru itu yang membuat meletusnya teror oleh Hamas dalam skala yang tidak dapat dibayangkan. Penyataan ini jelas-jelas membantah permintaan sekutu terdekatnya. Padahal, Biden sudah memperingatkan, pendudukan di Gaza akan menjadi kesalahan besar.

Meskipun Biden sangat mendukung perang Netanyahu melawan Hamas, kedua pemimpin memiliki perbedaan taktik. Mereka tidak sepaham dalam upaya untuk mencegah jatuhnya korban sipil dan perlunya jeda dalam pertempuran untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan.

Selain persoalan mengambil alih Gaza, Netanyahu menegaskan kembali tidak akan menerima gencatan senjata sampai Hamas melepaskan tawanannya di Gaza. Walau dia mulai mempertimbangkan “jeda kecil taktis” untuk memungkinkan pergerakan orang dan bantuan.

“Tidak akan ada gencatan senjata, gencatan senjata umum, di Gaza tanpa pembebasan sandera kami. Selama jeda taktis, satu jam di sini, satu jam di sana–kita sudah pernah mengalaminya sebelumnya,” kata Netanyahu.

“Saya kira kami akan memeriksa keadaan agar barang, bantuan kemanusiaan dapat masuk, atau sandera kami, sandera individu dapat pergi. Namun, menurut saya tidak akan ada gencatan senjata secara umum," ujarnya.

Israel berada di bawah tekanan internasional yang semakin besar untuk menghentikan pemboman terhadap Gaza. Biden pun telah menekan Netanyahu untuk menyetujui jeda kemanusiaan untuk mengizinkan bantuan masuk ke daerah kantong tersebut.

Menurut Kementerian Kesehatan di daerah kantong yang dikelola Hamas, setidaknya 10.022 warga Palestina, termasuk lebih dari 4.100 anak-anak, telah terbunuh di Gaza selama perang yang berlangsung selama sebulan tersebut. Netanyahu menyatakan, hilangnya nyawa warga sipil adalah sebuah “tragedi” tetapi membantah laporan jumlah korban terbunuh tersebut.

Netanyahu mengatakan, bahwa jumlah tersebut termasuk beberapa ribu pejuang Palestina. Dia juga menuduh Hamas menggunakan penduduk Gaza sebagai tameng manusia.

“Ini adalah musuh yang sangat tangguh, tetapi kita tidak bisa membiarkan mereka memiliki kekebalan,” kata pemimpin Israel itu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement