REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kementerian Luar Negeri Rusia mempertanyakan kepemilikan senjata nuklir Israel. Hal ini setelah seorang menteri junior Israel menyebut penggunaan senjata nuklir di Gaza telah menjadi opsi untuk dilakukan.
"Hal ini (kepemilikan nuklir Israel) menimbulkan banyak pertanyaan," kata Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri Rusia, seperti dikutip oleh kantor berita RIA.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Ahad (5/11/2023) menskors Menteri Kebudayaan Amihay Eliyahu dari partai sayap kanan dalam pemerintahan koalisi, dari rapat kabinet "sampai pemberitahuan lebih lanjut". Ditanya dalam sebuah wawancara radio tentang opsi nuklir yang bersifat hipotetis, Eliyahu menjawab: "Itu salah satu caranya."
Zakharova mengatakan bahwa masalah utamanya adalah bahwa Israel tampaknya telah mengakui bahwa mereka memiliki senjata nuklir. Sementara itu, Israel tidak mengakui secara terbuka bahwa mereka memiliki senjata nuklir, meskipun Federasi Ilmuwan Amerika memperkirakan Israel memiliki sekitar 90 hulu ledak nuklir.
"Pertanyaan nomor satu, ternyata kita mendengar pernyataan resmi tentang keberadaan senjata nuklir?" kata Zakharova. Jika demikian, katanya, lalu di mana Badan Energi Atom Internasional dan inspektur nuklir internasional?
Pernyataan Eliyahu menuai kecaman dari seluruh dunia Arab, menghebohkan lembaga penyiaran Israel, dianggap "tidak pantas" oleh seorang pejabat AS, dan Iran menyerukan tanggapan internasional yang cepat.
"Dewan Keamanan PBB dan Badan Tenaga Atom Internasional harus mengambil tindakan segera dan tanpa gangguan untuk melucuti rezim biadab dan apartheid ini. Besok sudah terlambat," kata Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian di platform X pada Senin (6/11/2023).