REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Isu Palestina memang bukan isu agama. Sebab bagi Indonesia ini merupakan kewajiban menentang penjajahan.
Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional, Laurentius Amrih Jinangkung mengingatkan, konstitusi Indonesia sudah jelas menyatakan sikap kita. Bahkan, dituangkan dalam paragraf pembukaan, kemerdekaan merupakan hak segala bangsa, oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
Maka itu, dia berpendapat, ketika pemerintah maupun rakyat Indonesia membela Palestina ini sebenarnya mandat atau amanat konstitusi. Amrih menegaskan, membela Palestina tidak terkait isu agama sama sekali.
"Terserah agamanya apa, tapi isu Palestina masalah mandat dan amanat konstitusi untuk membela atau menentang penjajahan di atas dunia," kata Amrih di DPD RI, Selasa (7/11/2023).
Terkait PBB, dia menuturkan, pada prinsipnya PBB memang bukan lembaga yang sifatnya berada di atas negara. Jadi, PBB bukan lembaga yang berdiri sendiri dan bisa menghukum negara-negara anggotanya.
Amrih menekankan, suara PBB merupakan suara dari anggota-anggotanya. Sehingga, tidak dibenarkan kalau PBB bertindak sendiri atas nama sendiri karena semua tindakan PBB merupakan tindakan yang disepakati anggota.
Sampai saat ini, Amrih menyampaikan, sudah banyak resolusi PBB yang memang menyalahkan atau mengutuk Israel. Termasuk, dalam konteks pendudukan Israel terhadap wilayah-wilayah Palestina selama ini.
Dia menerangkan, sebenarnya sudah ada pula pernyataan dari Sekjen PBB sendiri menyatakan ada pelanggaran kepada hukum-hukum internasional. Sayangnya, beberapa pihak menyatakan pelanggaran dilakukan keduanya.
"Tapi, intinya kita sepakat bahwa ada pelanggaran terhadap hukum internasional yang dilakukan oleh Israel, dan ini sudah kita tegaskan dalam berbagai sikap, tegaskan dalam berbagai forum," ujar Amrih.
Sementara itu, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla mengajak para tokoh dan umat beragama di dunia memandang masalah di Palestina sebagai masalah kemanusiaan.
"Mari kita melihat masalah Palestina ini sebagai masalah kemanusiaan, karena sekarang ini dunia sedang menuju ke sana," ujar Ulil dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (7/11/2023).
Pernyataan Ulil disampaikan dalam International Conference on Interreligious Studies, Sciences, and Technology (ICONIST) 2023 yang dilaksanakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta) pada 6-8 November di Jakarta.
Ulil mengatakan konflik Palestina-Israel yang telah berlangsung selama bertahun-tahun kini mulai dilihat sebagai masalah kemanusiaan, bukan lagi masalah keagamaan, sehingga semakin banyaknya simpati publik dunia, termasuk di Indonesia.
Karena itu Dia berharap kesadaran yang terbangun ini menjadi momentum untuk mengakhiri konflik Palestina-Israel
"Orang-orang yang simpati kepada Palestina sekarang ini itu sudah tidak lagi melihat ini sebagai masalah yang di Islam," ujarnya.
Baca juga: Pesan Nabi Muhammad SAW untuk Saudara-Saudara Kita di Palestina
Secara militer, kata dia, Israel memang memiliki keunggulan yang sangat besar dibandingkan Palestina. Israel memiliki persenjataan yang canggih dan didukung kekuatan militer Amerika Serikat (AS). Sementara Palestina hanya memiliki persenjataan yang terbatas dan dukungan militer dari negara-negara Arab yang masih terpecah-belah.
Oleh karena itu, menurutnya, sangat sulit bagi Palestina untuk mengalahkan Israel secara militer. Namun dalam perang opini di dunia, Palestina memiliki peluang yang lebih besar untuk menang.
"Hal ini karena masyarakat dunia semakin sadar pelanggaran HAM yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina. Dalam perang opini di dunia saat ini Israel kalah, termasuk di Amerika," katanya.