REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Jalur Gaza telah mengalami jumlah serangan udara tertinggi yang tercatat dalam satu bulan terakhir, untuk setiap negara atau wilayah di Timur Tengah sejak tahun 2020. Informasi ini menurut sebuah perusahaan analisis data yang melacak serangan Israel.
Perusahaan analisis data ACLED mengatakan pengeboman daerah kantong Palestina ini, 'belum pernah terjadi sebelumnya' di mana sebagian besar wilayah Gaza, kini telah menjadi reruntuhan dan puing-puing bangunan.
"Skala kampanye udara Israel di Gaza belum pernah terjadi sebelumnya," kata Armed Conflict Location & Event Data Project (Acled) dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, Selasa (7/11/2023).
Acled mencatat lebih dari 600 kejadian serangan udara di lebih dari 50 lokasi di Gaza pada bulan Oktober 2023 saja. "Meskipun ukuran Gaza kecil, hanya 360 kilometer persegi, ini merupakan jumlah serangan udara tertinggi yang tercatat dalam satu bulan untuk negara atau wilayah mana pun di Timur Tengah sejak tahun 2020," kata kelompok itu.
Israel memulai kampanye udara terbarunya di daerah Gaza, setelah serangan 7 Oktober yang dipimpin Hamas menewaskan sekitar 1.400 warga Israel, sebagian besar warga sipil, dan sekitar 240 sandera ditangkap. Laporan terbaru dari Acled hanyalah statistik terbaru yang menggambarkan pertumpahan darah yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dialami oleh warga Palestina yang tinggal di Jalur Gaza.
Menurut kementerian kesehatan Palestina, rata-rata, seorang anak Palestina terbunuh setiap 10 menit selama satu bulan terakhir. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah berulang kali menyerukan gencatan senjata segera, dan pada hari Senin memperingatkan bahwa Jalur Gaza telah menjadi "kuburan bagi anak-anak".
Pada hari Selasa, militer Israel menewaskan "puluhan" warga sipil di Deir al-Balah, Gaza tengah, dalam sebuah serangan yang digambarkan oleh kementerian kesehatan Palestina sebagai "pembantaian baru". Sementara itu, Israel menolak mengesampingkan serangan darat terhadap rumah sakit.
Tak hanya itu, Israel juga telah menolak seruan dari komunitas internasional dan negara-negara tetangga Arab untuk melakukan gencatan senjata. Perang Israel-Hamas kini telah memasuki fase pertempuran darat, dengan pasukan Israel bertempur di "jantung Kota Gaza" menurut militer Israel.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pada hari Selasa bahwa Israel "memperketat cengkeraman" di sekitar Kota Gaza, karena ia menolak untuk mengesampingkan bahwa Israel akan menyerang rumah sakit Al-Shifa di kota tersebut. Pihak Israel beralasan bahwa rumah sakit tersebut merupakan pusat komando Hamas.
Sementara itu, Hamas juga telah membantah tuduhan tersebut. Fasilitas medis lainnya juga telah menentang tuduhan serupa dari Israel, terkait adanya pusat komando Hamas di dalamnya. Indonesia pada hari Senin juga membantah bahwa rumah sakitnya yang dibangun dengan dana amal di Jalur Gaza dibangun di atas jaringan terowongan Hamas.