REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama Al-Azhar Kairo Mesir Syekh Ahmed Turk menyampaikan penjelasan tentang mengadakan pesta pora seperti konser-konser besar dan semacamnya untuk menggalang dana. Kemudian disalurkan untuk membantu rakyat Gaza, Palestina.
Syekh Ahmed Turk tidak sepakat dengan cara penggalangan dana seperti itu. Dia juga mengkritik konser-konser besar yang diadakan di beberapa negara Arab untuk menggalang dana yang kemudian hasilnya disumbangkan ke korban pendudukan Israel di Gaza, Palestina.
Dia ingin agar pesta-pesta semacam itu dihentikan karena justru bertentangan dengan rasa tanggung jawab, hati nurani dan nilai-nilai keislaman. Ia menekankan, perang dan serangan brutal dari pasukan pendudukan Israel telah membuat rakyat Gaza, Palestina menderita.
"Justru kita harus bersatu dan bersimpati pada rakyat Palestina di masa-masa sulit seperti ini. Apalagi perang ini juga menjadikan negara-negara Arab dan Islam sebagai sasaran pembantaian," tuturnya, dilansir di Masrawy.
Nabi Muhammad SAW pun telah mengajarkan tentang pentingnya bersimpati kepada sesama Muslim. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Nu'man bin Bisyr, Rasulullah SAW bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
"Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi itu bagaikan satu tubuh. Bila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR. Muslim)
Syekh Ahmed Turk menjelaskan bangsa Palestina harus didukung karena mereka adalah garis pertahanan negara-negara Arab. Adapun mendukung penyelenggaraan pesta dan mendonasikan hasilnya kepada rakyat Gaza adalah hal yang tidak bisa diterima.
"Ini benar-benar tidak bisa diterima karena sejalan dengan prinsip bahwa saya mabuk dan menari demi mendapatkan uang untuk disumbangkan ke masjid. Ini tidak bisa diterima secara agama dan mental. Ini adalah pemikiran anak-anak Israel di masa lalu, yaitu penyimpangan dari tempat yang semestinya," ujarnya.