Rabu 08 Nov 2023 18:05 WIB

Seorang Perawat Amerika Terpukau dengan Kebaikan Hati Warga Gaza

Callahan kagum dengan warga Palestina yang sangat baik dan memiliki hati lapang

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Seorang wanita Palestina yang terluka dibawa ke rumah sakit al-Shifa, menyusul serangan udara Israel di Kota Gaza, Jalur Gaza tengah.
Foto: AP Photo/Abed Khaled
Seorang wanita Palestina yang terluka dibawa ke rumah sakit al-Shifa, menyusul serangan udara Israel di Kota Gaza, Jalur Gaza tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang perawat yang merupakan manajer di Doctors Without Borders (MSF), Emily Kelly Callahan berhasil dievakuasi dari Gaza pada pekan lalu dan telah kembali ke Amerika Serikat (AS). Dalam wawancara dengan CNN, Selasa (7/11/2023), Callahan menceritakan pengalamannya menangani orang-orang Palestina yang terluka akibat serangan bom Israel.

Callahan mengatakan, ada perasaan lega ketika dia bisa kembali pulang dan bertemu dengan keluarganya di Amerika Serikat. Dia merasa aman setelah 26 hari melewati hari-hari yang mencekam di Gaza. Namun dalam hatinya, Callahan merasa tidak tenang karena meninggalkan staf medis Palestina berjibaku dengan para korban pengeboman Israel.  

Baca Juga

"Tentu saja saya merasa lega bisa pulang ke rumah dan berkumpul kembali dengan keluarga saya dan merasa aman untuk pertama kalinya setelah 26 hari. Namun sangat sulit bagi saya untuk menikmati itu semua. Karena saya aman dengan meninggalkan semua orang di Gaza," ujar Callahan.

Callahan mengatakan, banyak anak-anak Gaza yang mengalami luka bakar di wajah, leher, maupun perut mereka. Karena rumah sakit kewalahan dan sudah kelebihan kapasitas, mereka yang telah diobati dipindahkan ke kamp pengungsian yang sangat minim air bersih. Callahan mengatakan, ada 50 ribu orang yang tinggal di kamp pengungsi itu dengan empat toilet. Sementara air dipasok setiap 12 jam sekali.

"Banyak orang tua yang membawa anaknya kepada kami untuk memohon agar diobati, tapi kami juga kehabisan pasokan (obat-obatan)," kata Callahan.

Selain kekurangan pasokan air dan obat-obatan, tim medis di Gaza juga mengalami kekurangan makanan. Callahan mengatakan, mereka menghitung makanan berdasarkan kalori karena pasokan yang menipis. Setiap orang mengkonsumsi 700 kalori dalam satu hari, dan itu tidak mencukupi. Sementara jaringan telekomunikasi terputus dan bom selalu menggelegar setiap hari.

Selama proses evakuasi, Callahan didampingi oleh staf Palestina yang memastikan keselamatannya hingga perbatasan Rafah. Callahan kagum dengan orang-orang Palestina yang sangat baik dan memiliki hati yang lapang. 

Callahan ingin kembali ke Gaza....

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement