Kamis 09 Nov 2023 09:14 WIB

Umat Kristen Senasib Sepenanggungan dengan Muslim di Gaza

Umat Kristen membuktikan semangat solidaritas dengan muslim Gaza.

Rep: Amri Amrullah / Red: Esthi Maharani
Orang-orang berdiri di dekat reruntuhan Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius setelah serangan udara semalam di Gaza, (20/10/ 2023).
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Orang-orang berdiri di dekat reruntuhan Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius setelah serangan udara semalam di Gaza, (20/10/ 2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA --- Salah satu momen yang membuka mata publik dunia, saat gempuran Israel di Gaza adalah sebuah ledakan yang sangat mematikan dari artileri Israel di Rumah Sakit Baptis al-Ahli pada 17 Oktober 2023. Bom Israel yang menghancurkan fasilitas medis milik umat Kristen ini menewaskan hampir 500 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina. 

Dua hari kemudian, Israel mengebom Gereja Santo Porphyrius, gereja tertua di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 18 orang. Patriarkat Ortodoks Yerusalem menggambarkan serangan terhadap gereja tersebut sebagai "kejahatan perang".

Baca Juga

Komunitas Kristen terguncang, tetapi sebagian besar warga Kristen Gaza, memilih tidak meninggalkan kota yang terkepung, karena mereka memiliki kekayaan warisan Kristen yang terjaga sejak dua ribu tahun yang lalu, bahkan hingga di bawah kekuasaan Islam.

Serangan mematikan terhadap rumah sakit Kristen dan gereja tersebut telah mengubah pandangan dunia, khususnya negara yang mayoritas berpenduduk Kristen ke dalam pergumulan fakta yang cukup mengejutkan di Gaza. Warga Gaza selama ini tidak 100 persen muslim, dan mereka hidup berdampingan.