Kamis 09 Nov 2023 11:18 WIB

Bikin Uang Kita Melayang, Waspadai SMS Paling Berbahaya Seperti Ini

Penipuan lewat SMS makin canggih karena memakai teknologi AI.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Natalia Endah Hapsari
SMS yang berisi penawaran kerja dan menang kuis paling sering digunakan untuk menjadi pesan penipuan (ilustrasi).
Foto: Republika/Amin madani
SMS yang berisi penawaran kerja dan menang kuis paling sering digunakan untuk menjadi pesan penipuan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Teknologi digital menghadirkan sisi kelam lewat aksi penipuan yang makin marak belakangan ini. Bahkan, kita juga sering mendengar banyak korban penipuan digital yang berjatuhan akibat kecanggihan modus penipuan itu. Hal ini terungkap lewat studi yang dilakukan oleh McAfee yang menelusuri riset pesan penipuan global yang pertama. 

Lebih dari 7.000 orang dewasa di tujuh negara berpartisipasi dalam penelitian ini untuk memahami bagaimana pesan penipuan dan meningkatnya kecanggihan penipuan akibat kecerdasan buatan (AI) telah memengaruhi konsumen di seluruh dunia. 

Baca Juga

Dilansir Times of India, Kamis (9/11/2023), riset itu mengungkap bahwa pemberitahuan atau penawaran pekerjaan palsu (64 persen) dan pesan peringatan bank (52 persen) adalah trik yang paling umum digunakan. Survei yang dilakukan di India mengungkapkan bahwa 60 persen responden di India merasa lebih sulit mengidentifikasi pesan penipuan karena peretas menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) agar pesan tersebut lebih dapat dipercaya. 

Selain itu, 49 persen orang mengatakan bahwa pesan penipuan kini bebas dari kesalahan dan sangat meyakinkan, sekaligus berisi informasi pribadi yang membuatnya lebih sulit dikenali. 

Ini adalah beberapa pesan yang disukai banyak orang: “Kamu telah memenangkan hadiah!” (72 persen), pemberitahuan atau penawaran pekerjaan palsu (64 persen), pesan peringatan bank (52 persen), informasi tentang pembelian yang tidak dilakukan penerima (37 persen), pembaruan langganan Netflix (atau serupa) (35 persen), pengiriman palsu yang terlewat, atau masalah pengiriman, pemberitahuan (29 persen), dan peringatan keamanan Amazon, atau pesan pemberitahuan mengenai pembaruan akun (27 persen). 

Pesan yang paling dipercaya adalah “Kamu telah memenangkan hadiah!” (41 persen), pengiriman palsu yang terlewat atau masalah pengiriman pemberitahuan (23 persen), informasi tentang pembelian yang tidak dilakukan penerima (24 persen), serta pesan masuk dan verifikasi lokasi (24 persen). 

Sedangkan sekitar 37 persen responden survei di India mengatakan kepercayaan mereka terhadap komunikasi digital menurun karena meningkatnya penipuan yang didukung AI. Kebanyakan masyarakat India tidak yakin apakah mereka mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi diri mereka sendiri. 

Untuk menghadapi modus penipuan itu, masyarakat punya cara sendiri, yaitu 28 persen mengabaikan email penipuan, 28 persen memblokir pengirimnya, dan 31 persen melaporkan pesannya. Namun, 88 persen masyarakat India mempercayai AI untuk mendeteksi penipuan daring, dan 59 persen percaya bahwa AI diperlukan untuk mengalahkan AI. 

Padahal sebenarnya ada beberapa cara untuk melindungi diri Anda dari pesan penipuan. Pertama, selalu berpikir sebelum Anda mengeklik. Kedua, jika tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan mungkin memang demikian. Ketiga, gunakan perangkat lunak perlindungan penipuan untuk memblokir tautan berbahaya di pesan teks, media sosial, atau browser web. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement