REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kantor berita Reuters dan kantor berita Prancis melaporkan perundingan antara Israel dan Hamas yang dimediasi Qatar dalam koordinasi dengan Amerika Serikat (AS) masih terus berlanjut. Perundingan ini bertujuan membebaskan 10-15 tawanan Hamas dengan imbalan jeda pertempuran selama beberapa hari.
Laporan-laporan itu mengutip sumber-sumber anonim yang mengetahui negosiasi tersebut. Para sumber mengatakan detail seputar kesepakatan masih belum pasti.
"Pada tahap ini kumlah pastinya masih belum jelas," kata seorang sumber anonim seperti dikutip dari Aljazirah, Kamis (9/11/2023).
Ia mengatakan, jumlah tawanan yang bisa dibebaskan antara 10 dan 15 orang. Aljazirah melaporkan kantor berita Prancis mengutip sumber yang dekat dengan Hamas.
Sumber tersebut mengatakan perundingan "berkisar pada pembebasan 12 sandera, setengahnya adalah warga Amerika, dengan imbalan jeda kemanusiaan selama tiga hari".
Aljazirah melaporkan terdapat banyak negosiasi yang terjadi sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tidak akan ada gencatan senjata kecuali semua tawanan dibebaskan. Aljazirah melaporkan pernyataan tersebut cukup signifikan karena disampaikan seusai berbicara dengan Presiden AS Joe Biden dalam beberapa kesempatan.
Qatar menjadi pemain kunci dalam pembicaraan untuk mengamankan pembebasan sekitar 240 sandera yang ditawan Hamas. Baru-baru ini Qatar menegosiasikan penyerahan empat tawanan.
"Ini berita bagus. Ini terjadi setelah komunikasi antara Washington dan Tel Aviv selama 48 jam terakhir. Saya pikir ada upaya besar yang dilakukan oleh Amerika dalam hal penyerahan sandera," ujar peneliti dari Qatar University, Mahjoob Zweiri.
Meskipun ada diskusi mengenai "jeda taktis dalam pertempuran", Aljazirah melaporkan Netanyahu membantah kemungkinan gencatan senjata kecuali semua tawanan dibebaskan.
Aljazirah melaporkan Netanyahu akan mendapat tekanan di Israel jika ada kemungkinan untuk membebaskan beberapa tawanan, jika ada semacam kesepakatan yang dapat dilakukan untuk membebaskan tawanan tersebut. Tetapi, negosiasi-negosiasi masih berlangsung dan tidak ada yang konkret pada saat ini.
Kantor berita Reuters mengutip sumber keamanan Mesir yang mengatakan jeda 24 sampai 48 jam dalam pertempuran atau penyempitan zona utama pertempuran diharapkan terjadi dalam pekan depan sebagai imbalan atas pembebasan beberapa tawanan.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu (8/11/2023) kemarin juru bicara sayap bersenjata Hamas Abu Obaida mengatakan satu-satunya cara untuk menjamin pembebasan penuh para tawanan adalah melalui "pertukaran tawanan secara menyeluruh atau bertahap."
Juru bicara Brigade Al Qassam mengatakan kelompok tersebut menahan tawanan wanita serta orang sakit dan orang tua dan warga sipil lainnya, tetapi menekankan Israel juga menahan orang yang sama di penjara-penjaranya.
"Masalah ini tidak dapat diselesaikan kecuali melalui pertukaran di dalam masing-masing kategori [tahanan dan tawanan] atau dalam proses komprehensif yang mencakup semua orang," ujarnya.
Lebih dari 240 orang, termasuk tentara Israel dan warga sipil serta orang asing, ditawan dalam serangan ke Israel pada 7 Oktober yang menurut pihak berwenang Israel menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar adalah warga sipil.
Serangan tersebut dikecam kelompok-kelompok hak asasi manusia dan PBB yang menyerukan agar para tawanan tersebut segera dibebaskan. Hamas telah menyerukan pertukaran tahanan menuntut agar Israel membebaskan ribuan orang Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel di Israel dan Tepi Barat yang diduduki.
Di Israel, warga yang anggota keluarganya disandera Hamas menekan Netanyahu untuk mempertimbangkan kesepakatan semacam itu, yang mereka sebut sebagai "semua untuk semua".
"Menyangkut keluarga para sandera, kesepakatan pemulangan anggota keluarga kami dalam kerangka 'semua untuk semua' itu layak dan akan ada dukungan nasional untuk ini," kata Melrav Gonen yang putrinya Romi, ikut disandera Hamas.
Menyusul laporan mengenai negosiasi terbaru, Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang mengatakan bahwa mereka menyambut baik "kembalinya setiap sandera".
Masih belum jelas seberapa besar Israel akan memprioritaskan pembebasan para tawanan saat mereka melancarkan serangan ke Gaza dari darat, laut, dan udara, dengan pasukan darat yang masuk ke Kota Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza serangan-serangan Israel telah menewaskan lebih dari 10.569 orang, termasuk 4.324 anak-anak.