Kamis 09 Nov 2023 15:10 WIB

Mantan PM Israel: Nyali Netanyahu Terus Menciut

Netanyahu diperkirakan telah hancur secara emosional

Rep: Amri Amrullah / Red: Esthi Maharani
Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu attends a press conference with Defense Minister Yoav Gallant and Cabinet Minister Benny Gantz in the Kirya military base in Tel Aviv, Israel, Saturday, Oct. 28, 2023.
Foto: AP Photo/Abir Sultan
Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu attends a press conference with Defense Minister Yoav Gallant and Cabinet Minister Benny Gantz in the Kirya military base in Tel Aviv, Israel, Saturday, Oct. 28, 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengatakan mental dan emosi Benjamin Netanyahu semakin terganggu setelah keamanan Israel dibobol Hamas pada 7 Oktober 2023. Menurut Olmert, Netanyahu salah perhitungan, dengan mempersiapkan diri untuk mengambil alih kendali keamanan Gaza untuk "waktu yang tidak terbatas" setelah berakhirnya perang. 

"Netanyahu telah ciut nyali. Dia telah hancur secara emosional, itu sudah pasti," kata Olmert kepada Politico.

Baca Juga

Ia juga menyakini kondisi mental Netanyahu kini telah menjadi bahaya dan bencana tak hanya bagi Palestina tetapi bagi Israel sendiri.

Sementara itu, tentara Israel mati terbunuh di Gaza utara terus bertambah, seiring dengan semakin besarnya rakyat Palestina yang syahid karena serangan Israel. Dikabarkan bahwa seorang tentara Israel tewas dan dua lainnya terluka dalam pertempuran selasa malam di Gaza utara. Hingga sejak invasi darat sedikitnya 31 tentara Israel, dan total sudah 1600an tentara Israel mati terbunuh sejak 7 Oktober 2023.

Aksi protes mendukung gencatan senjata untuk menyelamatkan warga Gaza terus berlanjut di seluruh dunia pada hari Senin dan Selasa. Di Ramallah, Tepi Barat, warga Palestina berunjuk rasa untuk mendukung para jurnalis di Gaza. Sedikitnya 37 wartawan telah terbunuh dalam serangan Israel sejak 7 Oktober, kata Komite Perlindungan Wartawan pada hari Senin.

Protes pro-Palestina lainnya pada hari Senin diadakan di Beirut, Lebanon dan di New York City, Amerika Serikat di mana sekelompok orang berbaris melintasi Jembatan Brooklyn. Sementara itu, di Tokyo, para pengunjuk rasa di Jepang berkumpul untuk mendukung Palestina pada hari Selasa, menjelang pertemuan para menteri luar negeri G7. 

Sementara itu pertemuan para menteri luar negeri G7 di Tokyo, Jepang didominasi pembahasan perang di Gaza. Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa mengatakan bahwa ketika situasi menjadi lebih parah, lebih rumit, komunikasi yang erat di sekitar G7 sangat diperlukan. "Dan kami berharap untuk melihat pernyataan bersama dari kelompok ini dan beberapa kesamaan dalam isu Timur Tengah," kata Kamikawa.

Kamikawa mengatakan bahwa bagi Jepang, prioritasnya adalah memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza. "Kami telah mendapatkan semangat yang sama dari Perancis dan Kanada," ujarnya.

Jadi, bagi Jepang, apa yang ingin mereka lihat adalah G7 bersatu di sekitar seruan untuk jeda kemanusiaan, lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Kamikawa ingin berbicara tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya setelah tahap konflik di Gaza. Ia ingin merevitalisasi perundingan perdamaian di Timur Tengah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement