REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Tim penyelamat di Gaza mengeluarkan bayi yang baru lahir dari reruntuhan di masjid yang hancur akibat serangan udara Israel di daerah kantong Palestina yang terkepung.
Di bawah pengeboman yang intens, anak laki-laki tersebut yang diyakini berusia satu atau dua hari dilarikan ke Rumah Sakit Al-Shifa, terbesar di Jalur Gaza. Seorang petugas kesehatan terlihat menggendong bayi tersebut, terbungkus rapat dengan kain putih, tidak lama setelah ditemukan oleh petugas pertolongan pertama pada Selasa (7/11/2023) dini hari.
Rekaman dari Sky News menunjukkan anak tersebut menyusu dengan jari mungilnya karena lapar dengan mata tertutup. “Bayi itu ditemukan oleh sopir ambulans berkabung ini, di dekat masjid di mana ada pengeboman kemarin," kata seorang dokter di Al-Shifa, dilansir dari Metro.co.uk, Kamis (9/11/2023).
“Kami tidak tahu apakah keluarganya masih hidup atau tidak. Kini, bayi tersebut berada di tangan Kepala Unit Perawatan Intensif Neonatal (NICU) Nasser Bulbul,” kata dokter di Al-Shifa.
Keberadaan keluarganya atau apakah mereka masih hidup atau sudah meninggal masih belum diketahui. Situasi yang sama juga terjadi pada banyak anak lain di daerah kantong tersebut.
Di Al-Shifa, para staf merawat empat bayi baru lahir yang anggota keluarganya terbunuh atau hilang. Mereka merawat bayi tersebut meskipun mereka sangat kewalahan dengan semakin banyaknya korban luka yang sangat membutuhkan bantuan medis.
Perempuan-perempuan hamil yang hidup dalam kondisi teror seiring dengan semakin intensifnya pengeboman Israel di sekitar mereka, merekalah yang paling menderita dalam konflik ini. Menurut Dana Kependudukan PBB di Palestina, terdapat 50 ribu ibu hamil di Jalur Gaza yang tidak dapat memperoleh layanan kesehatan dasar.
Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan lebih dari 180 dari mereka melahirkan setiap hari. Setidaknya 15 persen dari mereka kemungkinan besar mengalami komplikasi kehamilan atau kelahiran dan memerlukan perawatan medis tambahan.