REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --- Israel telah setuju untuk menghentikan operasi militer di beberapa bagian Gaza utara selama empat jam sehari mulai hari Kamis (9/11/20123), kata Gedung Putih. Langkah ini bagi AS, meningkatkan harapan akan adanya jeda dalam pertempuran lebih dari sebulan yang telah menewaskan ribuan orang dan memicu kekhawatiran akan konflik regional.
Jeda serangan tersebut, yang akan memungkinkan orang-orang untuk melarikan diri melalui dua jalur koridor kemanusiaan. AS juga meyakini jeda serangan ini, dapat digunakan untuk pembebasan sandera, yang merupakan langkah awal cukup signifikan, kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby.
Namun ketika malam menjelang, tidak ada laporan langsung tentang jeda dalam pertempuran yang berkecamuk di antara reruntuhan bangunan di bagian utara Jalur Gaza. Juga tidak ada konfirmasi langsung dari Israel, yang secara umum berbicara tentang langkah-langkah yang tampaknya sesuai dengan rencana yang sudah ada.
"Kami melakukan langkah-langkah lokal dan tepat untuk memungkinkan keluarnya warga sipil Palestina dari Kota Gaza ke arah selatan, sehingga kami tidak membahayakan mereka. Hal-hal ini tidak mengurangi pertempuran perang," kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Pasukan Israel mengklaim benar-benar mengepung Kota Gaza dalam beberapa hari terakhir. Dan militer Israel terus mengklaim telah mengizinkan warga sipil untuk melintas dengan aman di sepanjang rute utama ke selatan. Puluhan ribu warga sipil Gaza berjalan kaki ke arah Selatan, selama tiga atau empat jam setiap hari.
Kini dengan jaminan itu, semakin banyak keluarga Gaza yang masih selamat, memilih untuk melarikan diri dengan berjalan kaki ke Selatan. Sayangnya, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant malah menyebut tidak akan ada gencatan senjata penuh untuk saat ini, katanya saat ditanya wartawan Israel.
"Kami tidak akan berhenti bertempur selama para sandera kami masih berada di Gaza dan selama kami belum menyelesaikan misi kami, yaitu menggulingkan rezim Hamas dan melenyapkan kemampuan militer dan pemerintahannya," ujar Gallant.
Taher Al-Nono, penasihat politik pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, mengatakan pada hari Kamis, bahwa negosiasi yang belum ditentukan masih terus berlanjut. Dan sejauh ini belum ada kesepakatan yang dicapai untuk pembebasan sandera dengan Israel.
Israel melancarkan serangannya ke Gaza sebagai tanggapan atas serangan Hamas lintas batas ke Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, di mana orang-orang bersenjata menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 240 orang, menurut perhitungan Israel.
Ini adalah hari pertumpahan darah terburuk dalam 75 tahun sejarah Israel dan mengundang kecaman internasional terhadap Hamas serta simpati dan dukungan untuk Israel. Namun, pembalasan Israel di daerah kantong yang dikuasai Hamas itu menimbulkan keprihatinan besar ketika bencana kemanusiaan terjadi.
Para pejabat Palestina mengatakan 10.812 penduduk Gaza telah syahid pada hari Kamis, sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak, dalam serangan udara dan artileri Israel. Sementara persediaan bahan makanan semakin menipis dan daerah-daerah yang hancur akibat bombardir Israel yang tak henti-hentinya.
Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada para wartawan bahwa ia telah meminta jeda waktu yang lebih lama dari empat jam. "Saya telah meminta jeda lebih dari tiga hari," katanya saat meninggalkan Gedung Putih.
Ketika ditanya apakah ia merasa frustrasi dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Biden mengatakan, "Ini membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang saya harapkan."