REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangni Urusan Kemanusiaan (OCHA) merilis laporan situasi terkini di Gaza. Dalam laporan yang dirilis pada Kamis (9/11/2023), OCHA menyebutkan bahwa 50.000 warga Palestina telah meninggalkan Gaza utara melalui ‘koridor’ yang dibuka oleh militer Israel.
Dilnsir laman Middle East Eye, Kamis (9/11/2023), Direktur OCHA, Martin Griffiths, mengatakan bahwa PBB tidak dapat menjadi bagian dari proposal sepihak untuk memaksa ratusan ribu warga sipil yang putus asa di Gaza utara mengungsi ke wilayah selatan yang masuk dalam zona aman.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) dan badan-badan internasional telah berulang kali mengkritik kebijakan Israel karena mengusir paksa warga Palestina dari Gaza utara ke selatan, dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut merupakan pengulangan Nakba.
Nakba atau "bencana" dalam bahasa Inggris, mengacu pada pembersihan etnis sekitar 750.000 warga Palestina dari tanah dan rumah mereka di wilayah bersejarah Palestina untuk membuka jalan bagi pembentukan Israel pada 1948.
Ribuan warga Palestina melarikan diri dari Gaza Utara ke wilayah selatan pada Rabu (8/11/2023), mereka menempuh perjalanan bermil-mil dengan berjalan kaki.
Gelombang pengungsi mulai dari pria dewasa, wanita, anak-anak, hingga orang tua dan penyandang cacat, berjalan menyusuri Jalan Salah Eddin, salah satu dari dua jalan raya utara-selatan di Gaza. Jalan ini merupakan koridor evakuasi yang resmi dibuka oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Israel telah meningkatkan serangannya di dalam Gaza, menyusul serangan 7 Oktober yang menewaskan 1.400 orang di Israel. IDF terus menggempur wilayah Gaza selama berminggu-minggu.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Selasa mengeklaim bahwa pasukan IDF berada di "jantung Kota Gaza" dan menargetkan infrastruktur dan komandan Hamas di sana. Tidak jelas di mana tepatnya Israel bertempur.